Sunday, September 12, 2010

Becoming an alien #traveling

"How about China? Have you seen the great wall?"
"All walls are great as the roof doesn't fall" says Bjork in her Selma Songs.

It might be true. So is it still necessary to travel to China and see the great wall? No. Not to see the great wall.

But it is still necessary to travel and meet people.

I learned a lot from traveling like never before.

When you're lecturing people for a living, it's normal to be confident about your intelligence. But somehow you get too carried away. You stop learning. You feel that you're smart enough.
Traveling is the remedy.

You travel. Alone. Not to see the landmarks, but to test on your surviving skills. If you're really that smart, can you really survive? Out there people are different. The culture is different. The language is different, and sometimes English is just not enough. Your 600 TOEFL score is useless. Your 3-point-something GPA is useless. What important is your adapting skills.

Out there. Alone. I was an alien. I was alienated. No one speaks my language, and the locals don't speak any English. I experienced this when I was stranded in Vieng Xai, Laos, a town near Vietnam border crossing. Very little (almost no) tourist infrastructure. And the transport! Oh! Easy to get there, but there was no bus to take me and my new travel mate back to the main town we're staying. No one speak English and my broken Lao phrases I picked up weren't helping. No bus. No taxi. No cyclo. No motorbike taxi. Nothing! Worse: no one want our money. Back home, money can buy you (almost) everything. A 38km ride is one thing that is supposedly easy to buy.

We waited and waited and waited. Hour after hour. After 4 hours we decided to just fuck it and walk the long 38km winding road, up and down the hills, back to Sam Neua, the main town.

We learned to adapt and survive - helping ourselves when no one would like to help us.

We walked walked and walked. I'm not really strong, but I learned to be. The road was almost empty. There were only 2-3 vehicles in every 30 minutes. Finally, a truck came along. And we hitchhike.
We survived.

No, it wasn't because you're damn smart, or Uni grad, or speak 7 languages. Whatever. Sometimes it's just because you let yourself go with the flow. The universe will do the rest, one very important lesson I learned from the laid-back Laotians.

When you're an alien, you know nothing. And you'll learn to see the world differently. Life is never the same, and it's not like what you think it is. Your rules don't apply. Like a baby, adapt, go with the flow, or you'll suffer.

So, yes. Someday I'll go to China. Not for the great wall, not for the scenic beauty, but for the people. There's always something you can learn from the locals when you travel abroad. One day, my destination would be the moon... Be a complete alien, then watch and learn.

Labels: ,

Friday, September 10, 2010

Jack of all traders...

Di awal-awal masa kuliah, gue pernah diramal.
Perlamalnya masih muda, seumuran gue pada saat itu mungkin, dan tampak seperti cewe biasa pada umumnya. Namun entah kenapa, dari sekian seringnya gue di ramal, bahkan oleh yang tampangnya seperti Alm. Mama Loren pun, kata-kata cewe inilah yang paling nyangkut di kepala gue.

Yang pertama dia bilang sama gue adalah, bahwa gue susah banget diramal, karena jiwa gue kosong.
Bused. Jiwa gue kosong? Serem amat.
Hati gue juga kosong, katanya. Karena gue lagi jauh sama Tuhan, dan lagi nggak punya tujuan hidup. Gue lagi depresi.
Bener juga sih, waktu itu gue lagi patah hati, dan kuliah di Sastra membuka pengetahuan gue atas kenyataan-kenyataan hidup yang pahit. Padahal saat itu gue belom siap untuk mengetahui kenyataan-kenyataan itu. Gue masih seru bermain-main dalam lakon komedi dan dongeng-dongeng yang biasanya berakhir dengan happy ending, bukan drama tragedi. Rasanya seperti di film The Matrix, pilih pil merah atau biru? Hehehe...

Satu hal lagi yang gue inget banget dari apa yang dia bilang adalah, bahwa ada sedikit masalah dalam karir gue.
Dia bilang, gue punya banyak bakat. Gue bisa melakukan apa aja dengan baik, dan kebetulan, jalannya selalu ada. Sayangnya, gue rakus. Gue mau melakukan semuanya, jadi apapun yang gue lakukan jadinya setengah-setengah. Nggak total. Gue jack of all traders, but an expert of none. Glek.

Si peramal cuma ngasih satu saran. Temuin satu passion lo dan lakukan dengan total, lalu dekatkan diri lo sama Tuhan. Keadaan lo mengkhawatirkan, dia bilang.

Sekarang, setelah gue pikir-pikir, dia bener juga yah. Terutama bagian karir. Banyak yg gue lakukan, tapi semuanya mentok.
Nyanyi... mentok.
Nulis... mentok.
Modelling... well, emang gak pernah sih....
Ngajar... nggak mentok mentok amat sih, tapi saat ini satu hal yg bikin frustrasi adalah... gue belom berhasil juga buat ngelanjutin kuliah gue. Untuk bisa mengajar dengan lebih baik, gue juga harus sekolah lagi. Kalo nggak, ya ngajar gue akan mentok juga! Saat ini masih menunggu pengumuman hasil seleksi wawancara kemarin, tapi entah kenapa gue nggak mao berharap banyak, mungkin karena saking seringnya ditolak, hehehe.

Apapun yang gue lakukan saat ini, gue merasa nggak gue lakukan dengan maksimal. Padahal, gue tau jalannya selalu ada buat gue, seandainya aja gue bener-bener maksimal atas satu hal.
Nyanyi misalnya. Kalau memang gue niat meluangkan waktu, tenaga, dan uang untuk merekan lagu-lagu yang gue tulis, dan lebih niat belajar main gitar, pasti album solo udah di depan mata. Semua orang udah niat membantu, bahkan rela nggak dibayar sekalipun. Jalannya ada. Yang nggak ada: waktunya. Tapi gue tau itu cuma alesan gue aja. Gue rasa gue masih belom pede aja.

Nulis adalah passion terbesar gue yang bertahan paling lama. Bahkan sampai sekarang. Tapi bisa dibilang passion yang nggak pernah bener-bener gue lakukan dan gue asah lagi beberapa tahun belakangan ini. Padahal dulu, waktu masih sering-seringnya nulis, terutama fiksi, karya-karya gue sering dipublikasikan. Cerpen-cerpen gue masuk majalah, puisi gue masuk buku antologi, dll. Dan lewat tulisan-tulisan itu pula gue pernah menang sayembara dan dapet beasiswa kursus menulis kreatif.
Entah kenapa, satu kritikan tajam bikin gue tumbang. Ternyata gue nggak sekuat tulisan-tulisan gue. Jadi penulis itu berat, apalagi kalau tema-tema yang ditulis cenderung menantang pemikiran-pemikiran mainstream. Butuh waktu lama buat gue untuk bisa bangun dari kritikan. Padahal, bagi seorang penulis, menghadapi kritikan itu harusnya sudah jadi makanan sehari-hari. Mungkin gue terlalu mensakralkan karya-karya gue. Mereka seperti anak-anak gue. Jadi, ketika satu dari sepuluh orang bilang kalo karya gue itu sampah, gue sedihnya bukan main. Padahal, sembilan yang lain bilang bagus. Harusnya sih gue nggak boleh seperti itu. Gue selalu bisa terima kritikan membangun kok, tapi kadang-kadang, ada aja yang ngritik nyampah. Harusnya sih, cukup bilang ya sudah. Nggak apa-apa. Tokh karya itu sudah jadi milik publik ketika dilempar ke pembaca. Tapi mungkin gue tipe 'ibu' yang nggak rela 'anak-anak'nya pergi dari rumah.
Tumbanglah semangat gue nulis. Sesimpel itu. Semudah itu gue jatuh. Gue nggak total. Tapi kalau boleh jujur, menulis masih jadi mimpi gue. Gue pasti bangun lagi.

Teaching. Passion gue yang paling baru, tapi paling konsisten. Ini karir yang paling cocok buat gue. Lahan pekerjaannya selalu ada. Gajinya lumayan. Waktu kerjanya fleksibel. Gue emang nggak bisa bekerja 24/7, gue selalu stress dan ngomel-ngomel setiap kerja kantoran. Melihat kefleksibilitasan waktunya, ngajar memang paling cocok. Apalagi, gue punya 3 bulan paid-holiday (jealous?) Hehehe... Tapi lebih dari itu, ngajar lah yang benar-benar membuat gue merasa hidup gue berarti dan nggak sia-sia. Walaupun gajinya nggak sebesar gaji orang yang kerja di perusahaan minyak, tapi setidaknya, gue merasa memberikan sesuatu yg berguna untuk orang lain. Dan senyum murid-murid gue saat bilang "thank you" jauuuuhhh lebih rewarding dari gaji setinggi apapun buat gue.
Tapi gue tau ini aja nggak cukup. Nggak cukup hanya mengajar bahasa, gue harus mengajar yang lain.. yang secara langsung bisa merubah pola pikir anak-anak di kelas gue. Gue harus mengajar sesuatu yang bisa membuat mereka tercerahkan, seperti apa yang gue alamin dulu waktu kuliah. Gue bener-bener menikmati indahnya ilmu pengetahuan.
Untuk itu, gue harus kuliah lagi. Dan urusan kuliah ini lah yang mentok. Tiap tahun gue selalu berkata hal yang sama: "tahun depan gue harus kuliah!", tapi nggak pernah kejadian. Selalu kepentok masalah ekonomi dan timing. Menyedihkan.

Jujur. Pengalaman nggak merubah gue. Gue masih rakus, mau melakukan semuanya. Masih the jack of all traders and an expert of none. Apa salahnya kalau memang passion kita banyak? Saat ini, justru passion-passion gue itulah yang bikin hati dan jiwa gue nggak kosong lagi.

Labels: , ,

Hello, Blog. How are you?

I know, I know. I've been such a bad blogger. Blame it all on twitter. I've got almost no reply in multiply now. But I know. No excuse. I shall keep my love for blogging no matter what. And multiply is the most comfortable place, as you can stalk the people who read your blog :-p

Anyway... So what's up life?
I remembered that I promised to blog every single day of my Vietnam trip in January, but it only lasted until the 2nd day. Arrgghh... now for this one blame it on me. I'm just lazy. And you know what, I went to Vietnam again! Hell yeah, I went traveling for a month this summer, starting from Kuala Lumpur, and then I flew to Bangkok... From Bangkok I traveled overland -solo and hobo style- to Hanoi. Crossing northen Laos.

It was amazing. A journey of a lifetime. And it's not because of the scenery or landmarks etc (Indonesia is still prettier, trust me) It's just because the things that I experienced there. Not everything is pretty. At some part of my travel I really lived like a refugee. I almost got arrested in Vientiane, I went hitchin-a-ride in Vieng Xai, met a group of American traveling musician, and stayed in a hippie refugee camp owned by a hippie Israeli, etc. See, not everything is pretty.

But nothing is more rewarding than drinking beers with friendly Laotians, sharing Dji Sam Soe with new American friends, and awed by the scenic beauty of the hills in Vieng Xai (literally in the middle of nowhere) on the way to Sam Neua (also in the middle of nowhere) from the bunk of a pick-up truck running 90km/h- with steep scary cliff only a metre away.

Traveling helps me see my life from a different point of view. Realizing that everything, anything, can happen to you everywhere and at any time. And the fact that you're alone, completely alone, and far away from home is another thing. Suddenly you gained a new super power: surviving. Yeah, it's not just a holiday. At some point I even told myself "WHAT ARE YOU GET YOURSELF INTO, THERA???"

But you know what? Ever since, I learned not to take life for granted anymore, including things that you used to hate, like Jakarta and its traffic jam.

Moreover, the trip helped me understand myslef more then ever. I realized what I really want to do in life. I realized how much my life is worth. And I'm thankful, sincerely thankful for every precious second. It's such an amazing life we live i. Make the most of it. See the world. Seize it.

And hell yeah, I'm so goddamn proud of myself. I actually did it!

I'll blog the details! I promise!
Hello, Blog! I'm back!

Labels: , , ,

Sunday, April 25, 2010

you confuse me

you confuse me. why don't you just tell me what you want from me. or what you want from yourself. therefore, everything will be nice and simple. you don't want to complicate things, but you just make it complicated for yourself. why? because you are not being true to yourself.

me? I'm just the kind of person who enjoys truthful opinion about the world. including what lies beneath the complicated interpersonal interaction. for me, it was really simple. I'd rather talk. silence kills me. although ignorance is a bliss -says those introverts- is sometimes true, it is not right for this context. say something. tell me what you want from me. stop ignoring my presence. you know it kills you.

Labels: , ,

Friday, March 12, 2010

Viet Nam - Part 1: "Chuy. Pacaran ala Vietnamese. dan ZOROK"

Terbanglah kami ke Saigon, dan mendarat dengan selamat sentosa pada pukul 9 malam.
Kesan pertama tentang bandara Saigon (Tam Son Nhat namanya kl gak salah) adalah... besar dan sepiii.... jam 10 malem aja udah kosong melompong. Beda banget sama bandara Soekarno Hatta yang selalu ada kehidupan selama 24-7.

Lewat imigrasi tanpa masalah. Gue menunggu buntelan karung yang kita bawa (a.k.a Backpacks) , dan Sisi ke toilet. Gue tungguin si Sisi lamaaa banget baru dia muncul dengan kamera di tangannya. Ternyata foto pertama yang dia ambil adalah sebuah papan di dinding bertuliskan "Chuy!!!" (plis, deh.. sie...) Entah apa artinya... belakangan baru kita tau kalau Chuy itu artinya "Hati-hati" atau yg lebih kerennya versi Jerman: "Achtung!!!"

Karena bingung dimana bisa dapet bis (dan jam segitu kayanya gak ada bis juga), kami memutuskan naik taksi pake servis taksi airport yang mahaaaaallll sekali.... Kalo lo bisa dateng lebih siang, mending naik bis aja deh... ada bis yang langsung ke backpacker area di depan domestic terminal (kl dr international terminal ya jalan kali dl), tp gw lupa nomer berapa.

Oh iya, kita ikutan couchsurfing (couchsurfing.org), jadi kita berhasil dapet host untuk numpang nginep gratis di rumah orang - asik kan? Karena gak bisa bahasa Vietnam (kecuali "hello", "thank you", "how much", "oh my god", "mbak!" -untuk manggil waitress dan "weed" -hehehe), kami cuma nunjukkin alamat host ke sopir taksi. Ternyata si mas sopir juga gak terlalu tau alamat nya. Di catetan gue juga ada nomer telepon si host itu - eh mas sopir mengambil inisiatif buat nelpon si host pake hp nya dia! Gue dan sisi bertanya-tanya apakah itu bagian dari servis taksi airport yg mahal itu hehehe...

Selama perjalanan, pastilah kami liat kiri liat kanan. Hmm, kesan pertama tentang Saigon kurang begitu menggoda. Rasanya sama kaya daerah Kota atau Glodok, feels like home. Yang lucu adalah gimana jalanan di kota ini bermusik: tet tat tet tot bunyinya... bunyi klakson motor, mobil, dan bis. Gak mungkin lo gak bakal denger bunyi-bunyi itu deh. Kita juga sempet ngelewatin beberapa taman kota. Di sekitar taman kota ini banyak Vietnamese (or should I say Viet kong??) pacaran dengan cara duduk-duduk di atas motor (again, feels like home...) Lucu deh, motor bejejer jejer ngadep taman, di atasnya cewe cowo peluk-pelukan dan cium-ciuman. Hihi!

Akhirnya ktia nyampe di rumah host. Host kita adalah Adam, Steve, May, and Annie... 4 great people who share one great 6 storey house (a.k.a semacem ruko) Adam itu orang Inggris yang terdampar di Saigon sebagai guru bahasa Inggris dan DJ yg lagi naik daun. Oh, he's so full of himself! but he's really fun! Seperti batre kelinci energizer yang gak abis-abis energinya... Sebelum terdampar, dia sedang menjalankan project keliling dunia 1000 hari dengan couchsurfing. Entah kenapa - dia nemplok di Saigon.
Steve itu super cool - santai -easygoing - cihuy... Kalau Adam itu Yin, dia Yang nya... Gak banyak omong, tapi lucu dan witty. Dia dari Kanada dan juga mengajar bahasa Inggris di Saigon. Gue juga bingung kenapa dia terdampar di sana, hehehe...
May adalah anak asli kampung sono... true Vietnamese yang lagi kuliah di Saigon. Dia ramah banget, tapi gue sama sisi agak setengah mati memahami aksennya...
Yang terakhir, Annie, pacarnya Steve. Dia lahir di Vietnam, tapi pindah ke LA waktu dia kecil. Setelah lulus kuliah, dia ke Vietnam untuk mengenal kembali root nya. Di antara semuanya, gue and Sisi paling deket sama Annie. Mungkin karena seumur, ngerumpi jadi asik banget... terutama urusan cowok. She reminded me of my girlfriends back home.

Gue dan Sisi disambut dengan senyum, pelukan hangat, bir (bergentong-gentong), dan -ehehehe- asap asap herbal yg "wangi"... kita tidur di lante pake kasur lipet (di Vietnam semua kasur lipetnya itu tipiiiis bgt-tapi namanya juga nompang nginep! gak boleh komplen!), tapi karena asap asap "wangi" itulah kita jadi tidur nyenyuuuaaaakkk... (high di malam pertama... hohoho)

Oh iya. Bir yang pertama kita cicip di Vietnam adalah bir lager bernama.... ZOROK. Kalo diimpor ke Indonesia pasti gak laku... taruhan deh.

Next episode: Thera dan Sisi menjelajah Saigon.

pic from: http://www.ratebeer.com/beerimages/full_size/73576.jpg

Labels: ,

Monday, March 08, 2010

"Hobo Travellers in Their (1st) Action!!!": Viet Nam January 2010 - part 0

Arrrgghh.. ini sudah bulan Maret!!! Dan perjalanan Vietnam selama Januari kemarin belum sama sekali dituangkan dalam tulisan!!! Grrr....

I think it's about time, or else all the memory will biodegrade like wasted shit. For privacy purposes, I'll write in Indonesian - slang Indonesian (karena gue akan banyak ngomongin orang-orang yg nggak ngerti Bahasa Indonesia... ho ho ho)

Hmm, mulai dari mana ya?
Mulai dari Agustus 2009 - saat gue sedang mencari-cari hobo traveling partner yang ideal. Hmm, kenapa gue sebut "hobo traveling"? Simple aja, karena backpacking lagi ngetrend, dan semua orang pengen jadi backpacker. Bahkan ada temen gue yang jalan-jalan keliling Bandung seharian naek angkot pake tas daypack pun mengupload foto-foto di facebook dengan judul "Backpacking in Bandung" (NB: temen gw itu anak Bekasi.. dan udah ratusan kali ke Bandung. Gue bingung kenapa jalan-jalan ke Bandung masih dia anggep backpacking...) Mungkin "Backpacking ke Bandung" kedengernannya lebih keren dari pada "Jalan-jalan ke Bandung". Karena terlalu sering dieksploitasi dan diperkosa, akhirnya istilah "backpacker" jadi sama menjijikannya seperti istilah "anak indie" - *cuih*. Lalu apa itu hobo traveling? Sama aja sih sebenernya sama backpacking... cuman yang penting istilahnya beda, ngarang sendiri, dan gak sama seperti flashpacker ABG Jakarta yang kita temuin di Hoi An dan Saigon... berkelakar backpacking --- tapi pas ketemu kita mereka teriak kenceng-kenceng dengan bahagianya "Orang ENDONESIA, yaaa?!?!?!?!" (malu-maluin...)

Maklum, gue kan sebenernya sama noraknya sama yang lain - cuma pura-pura nggak mao keliatan norak aja... jadilah istilah hobo traveler ini kita temukan.

Kenapa?
1. Karena kita cuma bawa baju kurang lebih 6 bawahan dan 8 atasan untuk perjalanan yang membusuk selama 15 hari (Semua orang biasanya menjerit... HEEEH 15 HARI??? LAMA BANGET!!! tapi buat gue ini sebenetaaar bgt!!!). Eh, tolong jangan tanya berapa banyak undies and bra yang gue bawa yah.. hehehe.
2. Karena kita nggak mandi selama 4 hari akibat kedinginan di Hanoi (dan emang malas aja...)
3. Karena gue gak nyisir dan keramas sampe 5 hari (buat yg belom pernah ketemu gue, rambut gue itu tebel banget dan panjangnya sepinggang, jadi kebayang dong kaya apaan kalo nggak keramas dan nggak nyisir -suster ngesot mah lewaaattt)
4. Karena kita tidurnya bukan di hotel, backpacker hostels, guest house, melainkan numpang di rumah orang... tidur di lantai atau sofa (kecuali di Mui Ne dan Hoi An, kita tidur di budget hostel karena gak ada yang mao membiarkan kita tidur di rumahnya, mungkin karena kita sudah terlalu bau)
5. Karena kita berhasil menekan budget sampai dengan 600USD saja untuk perjalanan selama 15 HARI sudah termasuk TIKET PESAWAT (Air Asia dan Jetstar), TIKET BIS, TOUR (termasuk bermalam di junk boat di Halong Bay), MAKAN-MAKAN, OLEH-OLEH, MABUK-MABUKan, dll!!! (Sebenarnya budget masih bisa ditekan sampe 550USD-an, sayangnya kita orang Indonesia sih - kalo pulang nggak bawa oleh-oleh dicemberutin orang-orang. HUH!!!)

Itulah kenapa - kami adalah hobo hobo sok tahu dari Indonesia, loncat indah dari Jakarta ke Saigon, jungkir balik ke Hanoi, dan menggelinding dengan tidak sempurna kembali ke Saigon (Sambil nyangkut di Hue, Hoi An, dan Mui Ne)

Ah iya... tadi lagi ngomongin apa yah? Agustus 2009! Saat AIRASIA tercinta membuka promo ke Ho CHi Minh (a.k.a Saigon) I was thrilled to find the news 'cause I've always wanted to hit Vietnam with my armpit razorblade (what a freaky metaphor), and actually I didn't mind doing the trip alone. However, I didn't wanna make my parents worry too - so I needed a travelmate.

Agak susah nyari travelmate, karena gue gak mao jalan sama sembarang orang. Pengalaman jalan sama cewek yang rempong... bawaannya malah panas hati dan perjalanan nggak enjoy. Akhirnya, setelah seleksi yang ularnagapanjangnya dan penilaian yang 'njelimet... pemenang lotere jatuh kepada Risyiana Muthia Rahmah (mampus lo, sie.. nama lengkap lo gw sebut :-p)... mbak-mbak feature editor majalah Provoke yang asik... yang gak komplen tidur di lantai... yang gak komplen gak mandi 3 hari... yang nggak komplen (well, sebenernya komplen sih...cuma gw pura-pura budeg) ngeliat gue gak keramas dan gak nyisir... yang gak komplen ngurusin gue terkapar mabok... (jelas dia gak komplen, wong dia mabok juga!) hehehe...

Yak, itu dia teaser awal dari blog Hobo Traveling Vietnam 2010 edition ini... Gue akan mengusahakan setidaknya nge-blog minimal 2 atau 3 hari sekali... karena oleh-oleh cerita dari Vietnam banyaak bgt! Dan gue gak akan nulis hal-hal yang udah banyak ditulis orang lain, seperti dimana backpacker streetnya, berapa harga tur ke Chu Chi tunnel, dan apa aja yang bisa dibeli di Benh Thanh... Gue akan menulis tentang hal-hal aneh yang masih teringat di kepala gue... misalnya tentang flat host kami di Hanoi yang ternyata dulunya adalah hotel prostitusi, tetang anak sakit jiwa di Hanoi yang fetish sama kaki gue, tentang water puppet show which we found it as "gory" and "sexual", tentang sleeper bus yang bau asem, tentang antimo yang membuat kita tidur pulas 11 jam straight di tengah-tengah perjalanan naik turun gunung yang bikin pusing, tetang terdampar di Hue tanpa tujuan, tentang kayaking di Halong Bay, tentang kite surfers di Mui Ne, tentang Sisi yang terpelanting di padang gurun dan mencederai wajahnya, tentang kabel listrik dan scene musik paling hip di Saigon, tentang orang-orang menarik (dan menyebalkan) yang kita temui sepanjang perjalanan...

Tanggal 10 Januari 2010 (keren deh angka digitalnya: 10.01.10, seperti kode matrix), 4 hari sebelum ulang tahun gue yang ke-seperempat abad, gue dan Sisi loncat indah ke Saigon dengan Air Asia... La la la... and the journey begun...

Next episode: Gue dan Sisi nyampe agak malem, dan bingung gimana caranya mencari rumah host kami di Saigon. Nantikan juga 1st  impression kami terhadap Saigon... Kota super macet dan super motor (Jakarta sih lewaaatttt), yang kabelnya untel-untelan gak karuan seperti sulur pohon beringin...

Labels: ,

Wednesday, February 03, 2010

Laptop Stolen - gone Insane - But the point is... I'm back and I'm alive!!!

Yaampun... Lama banget nggak nulis blog. Padahal baru pulang dari Vietnam. Padahal punya banyak cerita. Tapi nggak ditulis-tulis. Payah nih. Semangat ngeblog nya makin lama makin rapuh. Dan gue hanya bisa menyalahkan dii sendiri dan orang lain (lho kok)

But anyway.. Yay, selamat tahun baru! (telat yah???) Selamat ulang tahun untuk gueee!!! (Telat juga) Gue menghabiskan ulang tahun seperempat abad gue dengan bermabuk-mabukan di Hanoi sampe ngerepotin orang-orang. Sungguh ulang tahun yang tidak sehat (Tapi tetap menyenangkan)

Okeh. Mao mulai dari mana yah? Vietnam membawa banyak cerita, oleh-oleh, dan foto-foto... tapi sayangnya: FOTO FOTO ITU HILANG SEMUANYA BERSAMA LAPTOP GUE YANG DICURI ORANG DI RUMAH GUE SENDIRI!!!!!

HAH? APAAA???? *Zoom in Zoom out seperti di Sinetron*

IYAAAAA LAPTOP GUE DICURI ORAAANGGG!!!! DASAR MALING KAAMPREEETTT!!! GGGRRRRR... Hiks hiks. Berhari-hari ini gue memikirkan betapa banyak waktu dalem hidup gue yang terbuang hanya untuk nabung dan beli laptop itu... hiks, HP Mini Note 2110 kesayangan gue... yang harganya waktu itu masih 6juta (Laptop2 mungil murah lainnya munculnya telat. Gue keburu beli yg mahal. Dasar kampret...) Dan saat itu gaji gue yg hanya sebagai reporter cuma 1jutaan per bulan. Jadi gue nabung hampir 1 tahun cuma buat beli laptop itu. Dan sekarang laptop itu raib begitu saja dibawa pencuri.. hiks hiks hikkkksss...

Bokap nyokap lagi sibuk mengintrogasi orang rumah. Tapi apa mao digimanain? Gue udah ikhlasin... mungkin gue kurang amal (jeritan hati yg paling jujur: Masa siiihh??? gue amal mulu deh kayanyaaa!!!) mungkin emang salah gue gak pernah ngunci pintu kamar meskipun rumah kosong (dan lagi ada tukang kolam renang dan orang bengkel seliweran di rumah), mungkin emang tu laptop bukan jodoh gue. Mungkin ini semua maksudnya biar gue beli laptop baru (Lha... dasar gak tau diriii)

Anyway.. cukup bersedih-sedihnya... foto2 vietnam masih ada di Sisi (UNTUNG ADA ELO, SIE...burn-in CD nya doong) dan masih bisa gue usahakan recover dari memory card pake software getdataback (katanya mas-mas warnet Binus pada bisa memberikan layanan ini...betul gak sih?)

So what's new? Oh oh oh okay,, u wanna know my story about Vietnam? Nanti aja ah... I'm saving the best stories for later. I can actually write a book about my 2 weeks in Vietnam! *colek-colek Sisi* So u guyus better be patient. Nyahaha....

Another new thing with the bling-bling about me is... I'VE QUITTED MY SUCKY MARKETING JOB!!! YAAAAYYYY!!!! BAHAGIANYAAAAA!!!!! TRALALA TRILILI!!!! *joget-joget kuda laut* Hidup gue bener-bener berasa bebas tanpa pekerjaan 9 to 5. No more office hour job! That kind of jobs is not for me! Yes, I'm happy in my comfort zone: teaching. I don't need a challange that drives me crazy 24/7 no more... I'll look for challange somewehre else. Maybe in Timbuktu... Now that's challenging.

Baiklah. Lalu apa yang gue lakukan saat ini? Mengajar hanya 30 jam seminggu - sisanya leyeh-leyeh.... He he nggak deng. Gue masih berusaha bikin aplikasi kuliah S2. Dan sekarang lagi ikutan online course dari Oregon Uni. Sejauh ini sih baik-baik aja... belom kerasa susahnya... Lalu apa lagi yang gue lakukan??? Merencanakan perjalanan berikutnya!!!! Sekalian mengejar konferensi Asian TEFL di Hanoi tanggal 6-8 Agustus, gue berencana akan ngedar-ngider lagi di KL - Bangkok - Vientiane - Luang Prabang - Hanoi - Kunming (Cina) dll sekitar tanggal segitu. Saatnya hunting tiket lagi...

Ah iya, saatnya menyeret Wonderbra dengan anggotanya yang SOK SIBUK SEMUA (termasuk gw) kembali ke studio untuk rekaman. Dan saatnya gue kembali nulis lagu buat proyek SOK-SOKan solo.

Yang paling penting adalah... sekarang saatnya gue bersenang-senaaanggg!!! *lompat-lompat kangguru*

Labels:

Thursday, December 24, 2009

Wake up call

There's this girl I used to play with back then when I was I kid. She's my bestfriend's little step  sister. Her mother is my mom's bestfriend ever since I was still in her wombs. They're part of the family too no matter how different our families are. They lived in the rainy city where I used to stay there for weekends - to taste a life away from my parents - that was how I learned to be independent (and free) in such a young age. Through these girls' very cool family.

I was 14 while she was 11, but she's big - looks like a grown up - even looked more mature than me. Already been dating since then. Funny how hormones can change a girl very very early, huh? I still remember how we both used to talk about boys and how we were realy confused about our period. We're still in the process on 'woman - in the making'. Yea- those confusing awkward but so-much-fun moments. Long back then.

She then turned 18. Very beautiful. Bright skin, dark beautiful long straight hair. 180cm tall with bodilicious curves. My mom told her she should've been a catwalk model. She said she'd love too, but her mom said no.

That was about 1,5 years ago. Almost 2 years maybe. That was the last time I saw her.

Last night my mom told me that she's been very sick. And she has been through a lot of things in the past couple of years. Ok then. she's sick. But how sick can she be? What kind of things she's been through? I noticed that she's been quite a rebel. Well, she's amazingly a rebel. Came from a broken home - so when she had problems with her mom she can just run to her dad's - and vice versa. She had always been into a crazy kind of lifestyle.

My mom patiently told me... she has just lost her 3 month old baby some couple months ago, and now she's hospitalized. They just found out that she got HIV, even AIDS, most likely.

Jesus Christ. I didn't even know she's married! Let alone losing a baby and getting HIV!!!

So this is how the story goes. She went to the botanical university, but then she fell in love with a widow of 3 children. Her mom strongly against this relationship, for she was only 20yrs old. She then left school and ran away to her dad's place, and her dad let her marry this widow guy. They lived in Kalimantan and had a baby.

One day, her baby was sick. It was just like a flu, but the baby passed away in her arms on the way to hospital. Any mother will be depressed in such a tragedy, and she got sick -terribly terribly sick for weeks. From a small hospital to a bigger- and then another bigger one - they finally found out that she got HIV. And yes, she confessed that she did drugs.

My mom tried to describe her as how she's seen her in the picture the girl's mother showed my mom. She doesn't look like a 21 years old anymore. She looked like a 50 years old, my mom said. She's very skinny. She got pimples and wrinkles all over her alabaster complexion. Her long dark 'sunsilk' hair rapidly fell. And terribly dark eyes too.

It was last night when my mom told me about her HIV.

It was this night when my mom told me the girl has passed away this afternoon.

I had a simulacrum of flashbacks to my childhood. Of how we all talked about boys. Of how we all bitching at our enemies. Of how we complained about how our parents always told us not to do things we like. Of how difficult being a teenager is. Some part of me still can't believe that this is happening. Some part of me still think that this is some sort of a very sad fiction or soap opera. But this is real. This is life.

I didn't even have time to visit her and say goodbye.

This is a wake up call. My wake up call at the end of year 2009.

Wake up, Thera. This is life. Live your life. Now.

 

Rest in peace, dearest Kei (1988 - 2009)

Labels: ,

Tuesday, December 08, 2009

Menanti kata "Congratulations!"

"Thank you for your interest to our program..."

Malah kata-kata itu yang gue dapet dari sepucuk surat berkop Fullbright. Dari depannya aja gue udah tau, kalau berikutnya akan dilanjutkan dengan "Unfortunately, after reviewing your application, you are not eligible to bla bla bla..."Dan bisa dipastikan surat tersebut akan diakhiri dengan "We encourage you to apply again next year."

Terbukti sudah bahwa Fullbright tidak pernah merubah template surat penolakan beasiswanya selama 4 tahun... Apa? 4 tahun? Yup, sudah 4 tahun gue menerima surat yang sama dari Fullbright. Surat "rejection". Surat "coba lagi tahun depan". Surat "lo gak cukup cerdas dan keren buat nerima beasiswa kami". Surat "lo gak layak dapet beasiswa. Bokap nyokap lo kaya - kenapa lo gak bayar sendiri?" (2 yang terakhir itu gue ngarang lebay sih...) 

Mungkin yang keempat ini yang paling menusuk. Paling bikin down. Kenapa? Karena semuanya yang gue persiapkan tahun ini jauh lebih mateng dari tahun-tahun sebelumnya. Cover letter gue lebih menyentuh dan passionate. Surat rekomendasi dari dosen pembimbing gue bahkan sampe bikin gue menitikkan air mata pas gue baca. Nilai TOEFL gue makin tinggi -  deskripsi purpose of study gue semakin detail dan jelas. Tapi tetap ditolak!!! :'-(

 Akhirnya gue pun menciptakan teori-teori gue sendiri biar nggak terlalu kecewa dengan penolakan rutin setiap tahun... 
Ah, mungkin gue dianggap masih terlalu muda... 
Ah, jurusan yang gue pilih kurang 'sexy'... mana ada yang mao ngasih beasiswa buat belajar Literature dan Creative Writing?... 
Ah, mereka ngurangin jatah scholarship buat Master dan naikin jatah buat Ph.D... 
Ah, ini... Ah, itu...

Udah 3 hari ini mood gue berantakan... pusing mikirin masa depan yang makin gak jelas. Pengen sekolah ke luar negri tapi gak ada duitnya... Pengen sekolah di dalem negri tapi udah terlanjur tau busuknya... Pas akhirnya mao daftar di dalam negri... EEHHH gara-gara pekerjaan brengsek ini gue telat daftar lagi semester ini!!! Gak jodoh kali yah gue kuliah lagi... Hiks... Sedih banget liat temen-temen yang udah pada mulai kuliah lagi baik di dalam maupun luar negri...

Dan akhirnya hari ini gue buka e-mail... dan mendapat e-mail yang sudah seminggu ini gue tunggu-tunggu... yang gue baca sambil deg-deg ser...

Greetings from University of Oregon, 

Congratulations! 

This letter is to notify you that you have been accepted into the Winter 2010 online teacher training course with University of Oregon, Linguistics Department, American English Institute (UO AEI): Individual Learning Styles and Strategies in the EFL Classroom.

Your participation in this course has been made possible by a tuition scholarship from the Regional English Language Office (RELO) in the U.S. Embassy Jakarta.


WOW!! GOD BLESS YOU RELO!!!
Iya sih, ini cuma graduate online course 10 minggu... but this will do for now... this is what I really need for now... A letter that greets with "Congratulations!"... a letter that tells me that it is still possible for me to pursue a higher education.

Jadi semangat lagi... cari beasiswa lagi... baru juga berusaha 4 tahun, mumpung darah masih muda -ayo coba lagi tahun depan... dan depannya lagi... dan depannya lagi!!! :-D

Labels:

Monday, November 30, 2009

traveling is freedom...

Travelling is freedom. Maybe I'll just travel my whole life. Fuck career, getting married, getting famous, and getting rich. I might die happier.

The 90s
When? Can't remember
Where to? Perth, OZ and Singapore, Bali, Pangandaran, P. Ratu, Bengkulu, Anyer. P. Seribu, jogja, etc.
Activities? Can't really remember the detail. I was only a kid traveling with family. 

2002 - read Supernova: Akar. Fell in love with Bodhi.

2004
When? August - September
Where to? Western Europe
Activities? got mad in Italy - got lost in translation in Amsterdam - got lost in action (also) in Amsterdam - got lost on Metro in Paris - got sexually harassed by an ugly fat Frenchman photographer (also) in Paris - got a picture of a handsome turkish kebab chef kissing my cheeks in Berlin... I was only 19, and I blushed like a steamed prawn.

2005 - read "On the Road" - fell in love with Keruack.

2007
PART I
When? August
Where to? Singapore
Activities? The Cure live concert - front row, baby! btw, remember to choose ur travelmate carefully.

PART II
When? September. 
Where to? Middle East: Egypt - Israel - Jordan
Activities? valuable mother-daughter pilgrimage tour. Fell in love with Mt. Sinai. Will definitely climb the magical mountain again.

2008 - work like a dog. no travel.

2009
PART I
When? March.
Where to? Belitung Island
Activities? Solo extended business trip - fell in love with Tanjung Kelayang. Been promoting the cottage to friends and families.

PART II
When? October.
Where to? Jogja.
Activities? honeymoon ahaha... having fun. bought a painting. jogja carnival. got scammed. lost my favorite jacket. travel by motorbike to parangritis & prambanan.

PART III
When? November.
Where to? Cimaja, Pelabuhan Ratu - on a backpack and a shoestring.
Activities? Laid back long weekend. eat pizza. swim. eat snacks. get around by motorbike. eat ikan bakar. drink beer. eat. another beer. eat. gained weight (a lot!)

2010 PLANS!!!
January 14 - 24: VIETNAM overland backpacking duo trip (with one travelmate only). Got the ticket - booked the room.
July: Manado or Medan or Makassar. Haven't decided yet.
August 10-15: PHUKET with family. Got two free tickets from AirAsia!! Yay!!
October: Hopefully... LEIDEN, Netherland *Amin! amin! ma-in!!!*

2011 PLANS!!!!
EUROPE by EURORAIL PASS (I'll be 25, and that's the age limit to get cheap ticket) 
and GREAT WALL OF CHINA!!!

Labels:

Wednesday, November 25, 2009

2009 hampir berakhir...

Sebentar lagi Desember... 2009 hampir berakhir, dan gue punya banyak hutang sama diri sendiri. Beberapa target dan cita-cita tercapai, tapi banyak yang masih tertunda.

Hari minggu kemaren gue nonton pertunjukkan Macbeth oleh Teater Sastra di GBB, TIM. Satu hal yang paling berkesad dai pementasan drama Shakespeare itu adalah... buku programnya. Ya, buku program (dan adegan perang dengan permainan slow-motion siluet, dan Malcom yang gak sengaja meludah di panggung, dan tim musik yang di-arrange  Asep Wonderbra, dan penyihir Hecate yang diperankan Herlin Putri yang bikin gue gak bisa tidur semaleman, dan kostumnya Lady Macbeth, dan ini, dan itu...)

Ada apa dengan buku program? Gue paling seneng ngebaca buku program pementasan teater. Di buku program itu gue bisa melihat satu per satu wajah para pemain dengan karakter mereka masing-masing, tanpa kostum dan make up. Tapi yang paling pertama gue baca adalah kesan dan pesan para pemain, hehehe... It's just so much fun to read.

Pesan dan kesan yang paling berkesan buat gue datang dari Mas Yudhi (back then when I was still a uni student, we called him 'The Stallion'), dosen drama dan pakar Shakespeare nya Indonesia yang memerankan dan menerjemahkan Macbeth. Di buku program itu, Mas Yudhi menulis "do what you do with love, or don't do it at all".

Rasanya buku program itu melayang sendiri dari tangan gue dan menampar pipi gue dengan penuh sayang. Do what you do with love, or don't do it at all. Sialaannn....

Tahun 2008 gue berhenti kerja dari kantor majalah yang sistemnya aneh banget. Gaji sih lumayan buat ukuran editor, tapi stress nya tingkat tinggi bukan main... bukan hanya karena workload yang gak jelas, tapi juga karena sistem yang super ngaco. Saat gue berhenti kerja, gue berjanji pada diri gue sendiri bahwa gue akan melanjutkan kuliah dan menjadi lebih baik dalam pekerjaan gue yang satunya lagi: mengajar.

Tapi ternyata, akhir tahun 2008 gue ditawari posisi asisten marketing dan gue terima karena gue penasaran (dan butuh uang). Jadilah di awal tahun 2009 gue bekerja di bidang yang sama sekali bukan bidang gue selama hampir setahun -- sampai saat ini... setelah bekerja selama hampir setahun: it is now official to say that I hate my job. Eh, wait.. wait.. didn't I also hate my previous job? Oh well... the only job I love is teaching. Selain pada pekerjaan gue sebagai pengajar, gue gak pernah bertahan di satu kerjaan selama lebih dari 1 tahun. 1 tahun adalah limit gue, dan itulah saatnya gue kabur dari kerjaan yang gue benci.

Satu berkah yang muncul di tahun 2009 ini adalah: gue udah jadi pengajar tetap, jadi gue gak perlu lagi cari kerjaan lain. Tahun depan gue bisa hidup hanya dengan mengajar tanpa takut jatuh miskin di saat liburan semester tiba.

But well, it is official to say that I can't keep my 2008 promise.
Since 2009 is almost over, maybe it is time to plan my next promise of 2009. 
To do what you do with love, or don't do it at all.

Labels:

Monday, November 09, 2009

kenapa mencet jerawat itu rasanya enak?

Gue punya kebiasaan buruk mencet-mencet jerawat, komedo, atau apapun yang bentuknya imut-imut dan lucu bertengger di muka gue. Kadang gue nggak peduli sesakit apa rasanya, yang penting isinya keluar. Biasanya nyesel muncul belakangan karena di muka gue ada item-item bekas luka jerawat. Kemudian gue merasa jelek dan berjanji untuk tidak mencet jerawat dengan membabi buta lagi (kadang jerawatnya uda keluar masih juga gue otak-atik...) Tapi gue selalu gagal memenuhi janji itu. Karena setiap gue lihat jerawat, hal pertama yang gue lakukan adalah penceeetttt!!!!

Paling enak adalah mencet jerawat orang laen. Tentunya karena gue nggak perlu merasakan rasa sakit, dan nggak perlu menyesali bekas luka yang nangkring di muka selama berminggu-minggu. Biasanya yang paling sering jadi korban gue adalah cowo-cowo yang pernah jadi pacar gue. Kenapa? Karena walopun mereka protes - gue tetep melakukannya tanpa rasa belas kasihan. Kadang-kadang di depan umum (tangan bisa bergerak otomatis di luar kesadaran gue saat melihat jerawat cantik)

Baru-baru ini, gue kaget kalau ternyata si pacar (yang masih tergolong... *ehm* baru) juga melakukan hal yang sama ke muka gue. Don't move! There's a pimple. I'll fix it (kenapa terdengar lebih merdu dari pada "sini jerawat lo gue pencet" yah?) Dan, -awwww-, ternyata jerawat dipencetin orang lain itu sakit. Lebih enak mencet sendiri. Akhirnya kita berdua membuat 'pact' disertai kelingking melingkar satu sama lain seperti anak kecil baikan: kami berjanji tidak akan saling memenceti jerawat satu sama lain. Ini adalah sebuah komitmen yang sangat serius buat gue.

Beberapa hari berlalu dan gue belom lupa sama 'pact' yang kita buat. 
Pada suatu kencan romantis di sebuah taman, saat gue sedang terkagum-kagum dengan mata biru sang pacar karena gue bisa ngaca dan melihat diri gue sendiri di matanya (dalem bentuk super kecil dan terdistorsi seperti di film animasi), tiba-tiba perhatian gue teralihkan oleh sesuatu yang jauh lebih seksi dari mata biru seorang bule kampung. 
Dia ganteng dan imut-imut sekali. Warnanya merah seperti mobil BMW oldschool gue yang udah di jual 5 tahun lalu. Si ganteng itu seolah-olah berbicara: "mari sini... sini... sini... sini sayang... pegang-pegang dooong"
Dan gue pun terhipnotis oleh si imut ganteng yang bertengger di sana, mengibas-ngibaskan pesonanya. Gue mendekat-mendekat dan mendekat.
Gue gak sadar apa yang gue lakukan beberapa detik berikutnya. Yang bikin gue sadar adalah saat pacar yang malang menjerit kesakitan.

OUCH!! hey! we've made a pact about this!!

Tanpa bermaksud melakukan 'internal racism' (merendahkan ras sendiri karena nganggep ras laen lebih keren), ternyata jerawat itu tampak lebih seksi di kulit orang bule. 

Lebih merah. Lebih menggairahkan...

Labels:

Friday, October 23, 2009

My all time favorite poem about death

Back then when I was in my fourth semester. I took poetry II class. We had to make a short theatrical performance inspired from poetries for our final project. My group chose the topic "Death" and we had to find poetries with "death" as the theme.

Then I found this American poem, and it became my all time favorite poem about death ever since. Rereading this poem after 4 long years, it still evoke some absurd emotions; emotions that you had when you lost someone you really care about -trying to let go, but you know it will always be difficult.

I secretly wish - one day when my time comes. I'd like this poem to be engraved on my tombstone. Or I'd like someone very dear to me to read it on my funeral. That is my one and only will... :-)


Do Not Stand at My Grave and Weep 

Do not stand at my grave and weep,
I am not there, I do not sleep.
I am in a thousand winds that blow,
I am the softly falling snow.
I am the gentle showers of rain,
I am the fields of ripening grain.
I am in the morning hush,
I am in the graceful rush
Of beautiful birds in circling flight,
I am the starshine of the night.
I am in the flowers that bloom,
I am in a quiet room.
I am in the birds that sing,
I am in each lovely thing.
Do not stand at my grave and cry,
I am not there. I do not die.

by Mary Elizabeth Frye (original version)

http://en.wikipedia.org/wiki/Do_not_stand_at_my_grave_and_weep

Labels: ,

Thursday, October 15, 2009

Jebakan Betmen

I WANNA QUIT MY JOB 
I WANNA QUIT MY JOB
I WANNA QUIT MY JOB
I WANNA QUIT MY JOB
I WANNA QUIT MY JOB 
I WANNA QUIT MY JOB
I WANNA QUIT MY JOB
I WANNA QUIT MY JOB
I WANNA QUIT MY JOB 
I WANNA QUIT MY JOB
I WANNA QUIT MY JOB
I WANNA QUIT MY JOB
I WANNA QUIT MY JOB 
I WANNA QUIT MY JOB
I WANNA QUIT MY JOB
I WANNA QUIT MY JOB

Kalo sampe gak boleh... itu pelanggaran HAM namanya...

*sial... gue masuk jebakan yang mengerikan...*

Labels:

Tuesday, October 06, 2009

Cape.

............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................

Gue gak mao bikin sedih siapa-siapa. 
Gue pun sedih juga. 
Tapi mau gimana? 
Gue cape. Lo cape juga kan?
Gue gak akan bikin lo cape lagi.
Jadi lo jangan bikin gue cape juga.

Labels:

Sunday, September 13, 2009

Dokter juga manusia

.
.
.
.
.
Kasihan bokap gue... 

Siang ini dia pulang dengan wajah lesu, lalu curhat sama mama. Ternyata, pasien yang sedang ditanganinya hari ini meninggal dunia. Mama tanya balik dengan santai, "tapi nggak di meja operasi kan?" (PS. bokap gw adalah dokter bedah umum). Papa hanya menggeleng dalam kebisuannya. "Bagus dong," kata mama enteng, "jadi kamu nggak bisa disalahin."

Papa hanya terdiam. Sebentar menyalakan marlboro merahnya dan menyambung, "Atau justru saya yang dosa. Karena nggak ngoprasi dia."

"Nggak lah!" mama membela dengan tegas. Seperti biasa, selalu berusaha agar papa merasa lebih enak setiap ada kejadian sejenis.

Rupanya, pasien tersebut memang sakit parah dan kecil kemungkinannya untuk bertahan. Hanya ada dua pilihan, dioperasi dan masih ada kemungkinan kecil untuk hidup, atau tidak dioperasi dan sama sekali tidak ada kemungkinan untuk hidup. Dioperasi pun sangat beresiko, tinggi kemungkinan meninggal di meja operasi karena kondisi pasien yang sudah sangat lemah. Sedikit saja kesalahan di meja operasi atau sebentar saja kondisi pasien mendadak tidak stabil, nyawa sang pasien melayang. Tapi, ya.. kalau tidak dioperasi, sang pasien bisa dipastikan 99% akan meninggal.

Meskipun prosedur sebelum operasi mensyaratkan surat izin operasi dari pihak keluarga, tapi tetap saja... kalau terjadi apa-apa di meja operasi, bagi pihak keluarga yang merasa kehilangan, mengucapkan kata malpraktek baik secara legal maupun bisik-bisik tetangga sangatlah mudah. 

Papa berani mengambil resiko untuk membawa sang pasien ke meja operasi, karena papa tahu, itu satu-satunya jalan untuk memberikan kesempatan hidup bagi pasiennya. Tapi rupanya dokter anesthesi berbeda paham dengan papa. Beliau menolak untuk membawa pasien ke meja operasi, karena resiko meninggal di atas meja operasi terlalu tinggi. Tentu saja, dokter anesthesi tidak mau mengambil resiko apapun, termasuk dituduh malpraktek, dan memilih membiarkan pasien berjuang seorang diri tanpa operasi. Ya, memang itu menyalahi kode etik kedokteran, tapi... gue sama sekali tidak menyalahkan dokter anesthesi itu. Karena, kalau sudah kena tuduhan malpraktek, bukan hanya kehilangan pekerjaan, dokter bisa juga sama sekali tidak akan mendapatkan pekerjaan lagi di rumah sakit manapun, dan tidak bisa menghidupi keluarganya. Dokter anesthesi itu rupanya lebih memegang "kode etik" berkeluarga. Tidak apa, itu hak dia.

Akhirnya? Pasien meninggal dunia siang ini. Dokter-dokter aman dari resiko tuduhan malpraktek karena tidak membawa pasien ke meja operasi. Dan papaku bersedih hati, karena tahu sebenarnya masih ada kesempatan yang bisa diambil untuk menyelamatkan nyawa yang dilewatkan begitu saja, hanya karena dokter-dokter lainnya takut dituduh malpraktek. Walaupun kecil sekali, tapi kesempatan itu sebenarnya ada. Papa adalah orang yang selalu berusaha mengejar sesuatu setiap ada kesempatan, sekecil apapun kemungkinannya (dengan prinsip hidup seperti inilah papa berhasil menyelamatkan banyak nyawa, dan dengan prinsip inilah papa berhasil dapetin mama... si kembang kampus tetangga)


Ada ratusan hal yang bisa menyebabkan seseorang meninggal di rumah sakit. Malpraktek memang salah satunya. Tapi ada banyak sekali kemungkinan-kemungkinan lain: pasien memang sakit parah tapi tidak berobat jalan secara rutin, pasien melalaikan kewajiban-kewajiban seperti minum obat danpantangan makan makanan tertentu, kekeliruan pertolongan pertama pada kecelakaan yang terjadi di luar rumah sakit karena penanganan yang salah dari orang awam, atau memang "sudah saatnya" saja dipanggil sama Tuhan. Namun dari semua itu, hal yang paling mudah adalah menyalahkan tim dokter atas malpraktek. Apalagi saat emosi meledak-ledak yang muncul dari rasa kehilangan, kadang-kadang kita butuh menyalahkan orang lain. Gue tahu betapa perihnya kehilangan seseorang yang kita sayangi. Dan rumah sakit selalu menjadi saksi mata atas perihnya rasa kehilangan keluarga-keluarga yang ditinggalkan. 

Belakangan ini, sering sekali gue lihat orang-orang yang bukan dari kalangan medis (nggak sekolah kedokteran, keperawatan, atau yang sejenis) berbicara seolah-olah dia lebih mengerti daripada seorang dokter. Di kereta, di bis, bahkan teman-teman sendiri, pernyataan seperti, "dokternya brengsek sih, cari duit. harusnya sih gak usah dioprasi... tapi tetep dioperasi..." dan "wah kalo lo sakit itu.. langsung minum antibiotik aja", rasanya umum sekali. Sebenernya gue tahu mereka bukan dokter, mereka bukan dari kalangan medis, bahkan mereka tidak mengerti grey's anatomy dan tidak bisa membedakan virus dan bakteri... tapi enteng sekali berbicara seperti seorang dokter soal apakah harus operasi atau tidak perlu operasi, apakah harus minum antibiotik atau tidak minum antibiotik....

Gue sadar tingginya angka kasus tuduhan malpraktek (tingginya angka tuduhan lho... belum terbukti salah atau benar) membuat banyak orang tidak percaya dengan dokter dan rumah sakit. Dan ketidak percayaan ini membuat kita jadi dokter dadakan. Apalagi ketika terjadi sesuatu, dokter lah yang paling pertama kita tunjuk sebagai orang berdosa, dokter lah yang paling pertama kita minta pertanggungjawabannya.

Curhat bokap hari ini bikin gue mikir. Memang banyak dokter tidak bertanggungjawab di luar sana... apalagi ada seorang teman waktu SMA yang sering bolos sekolah, tidak terlalu pinter dan bahkan bukan dari jurusan IPA, tapi berhasil masuk FK Untar. Kenyataan-kenyataan seperti ini emang bikin gue ngeri. Tapi, masih banyak sekali dokter-dokter di negri ini yang kompeten dan memang dengan tulus dan tanpa pamrih ingin menolong dan menyembuhkan orang. Tapi malang sekali nasib mereka, hidupnya penuh dilema karena nyawa banyak orang ada di tangan mereka. Di tambah lagi, rasa paranoid karena selalu dihantui tuduhan malpraktek (yang sebenarnya belum tentu berbukti benar, tapi dituduh pun sudah cukup untuk menjatuhkan seseorang dalam karir kedokterannya)

Jadi dokter itu sama sekali nggak gampang. Jadi dokter itu penuh pengorbanan, termasuk waktu untuk bersama keluarga. Gue masih inget masa-masa dimana dalam satu minggu, papa sering ditelepon subuh-subuh jam 2 atau 3 pagi dan harus berangkat ke rumah sakit karena ada keadaan darurat. Gue masih inget baget, waktu gue kecil, papa sering mengigau ketakutan dalam tidurnya. Dia sering mimpi buruk. Kata mama, papa mimpi buruk karena setiap hari berurusan dengan pemandangan "nggak enak" (gue udah bilang kan kalo bokap gue dokter bedah?)

Sementara, orang awam sering banget bilang, enak jadi dokter... bisa lihat perempuan telanjang sambil pegang-pegang dikit. Terus uangnya banyak. 
Huh. Mereka nggak tau kalo bokap gue juga harus berurusan juga sama empedu busuk, usus bolong, anus bengkak, dll... Darah sudah jadi makanan sehari-hari.

Di antara semua beban dan tanggung jawab menjadi dokter, masih ditambah satu beban psikologis lagi, rasa takut menjadi tertuduh malpraktek... Padahal bokap gue cuma pengen nolong pasiennya, dan mengejar kesempatan hidup -sekecil apapun itu- untuk pasiennya.
Sama sekali nggak ada pikiran untuk cari uang ekstra dari meja operasi (malah dia sering bekerja pro-bono untuk orang-orang miskin)

Ya, blog yang gue tulis dengan sangat cupu ini adalah pembelaan subjektif gue untuk bokap gue dan dokter-dokter lain yang seperti bokap gue. Karena saat gue melihat bokap gue duduk lesu sambil merokok marlboro merah kesayangannya, gue melihat satu hal yang mungkin sering dilupakan banyak orang:

Bokap gue cuma manusia... 

Labels: , , ,

Thursday, September 03, 2009

Welcome to 짬A Day On The Planet쨩

http://www.adayontheplanet.com
What a project! Let's be involved! ;-)

Labels:

Wednesday, September 02, 2009

Me VS Gravity

I really can't wait to get out of this absurd uncertainty. Everybody seems to know what to do and what to expect. That's not for me. Everything is just messy here and there. Actually, I love it when everything is messy and unpredictable. But not like this. Not when I'm already a mess itself.

I really can't wait to get out of this cage. 
I hate gravity. It prevents me from flying.
I'd rather touch the sun and got burnt into ashes and die.
It's much better than this. 
I hate it. I hate them for making me what I am supposed to be right now. They're suck. They're so dumb so they let themself running in a play wheel, just like hamsters or albino mini mice in their cute cage. 
They kept running but they actually went nowhere. And they forced me to follow them. They tied me up with a golden chain just like an expensive baldy chihuahua with a diamond necklaces. 

They have some stupid-dupid socially-constucted phoney expectations. They think that it will save them. I think not. It's just make them even more stupid. Look at those people now. Poor them. They just can't admit that at the end of the day, we are all clueless no matter how many books we read and how much experience we have. Silly, aren't they?

Sincerity has always been a luxury.  Everybody is faking everything. Everybody is wearing their stupid mask. Everybody is just being a drama queen. That was not me. This, ladies and gentlemen, is me. 

Pardon my freedom. It's my only liberation. 
I'm tired of being so fake when I'm around them. It feels good to be sinical (again) though. 
It means that I'm being honest - it's the best novelty.

And this is my most sincere yet sinical honesty: I HATE GRAVITY. 
It ties me up to the ground while what I have ever wanted is flying. 
...and they call me crazy just because I'm being honest to myself? 
fcuk them. fcuk them all. They all live in a gigantic mental institution anyway... thank God I still live in a yellow submarine... I can play trick on gravity when I'm underwater...

Labels:

Tuesday, September 01, 2009

cebal...

hujan hujan...
rintik kecilnya seperti sedang tertawa
mungkin memang iya
buat sebagian orang, saya hanya sekedar celaan
terutama rintik-rintik hujan itu
yang diam-diam tertawa kecil
sambil meringis najis

ada apa cih, cebenarnya??? huuuuuhhh!!!!!

Labels:

kenapa?

kenapa kau harus begitu takut pada perempuan yang membaca?
kenapa kau tidak bisa berbicara dengan bahasa perempuan yang membaca?
kenapa kau mengidap "inferiority complex" ketika bertatap mata dengan perempuan yang membaca?

ya, kau memang payah. aku lega bisa mengatakan itu.

Labels: