Monday, November 09, 2009

kenapa mencet jerawat itu rasanya enak?

Gue punya kebiasaan buruk mencet-mencet jerawat, komedo, atau apapun yang bentuknya imut-imut dan lucu bertengger di muka gue. Kadang gue nggak peduli sesakit apa rasanya, yang penting isinya keluar. Biasanya nyesel muncul belakangan karena di muka gue ada item-item bekas luka jerawat. Kemudian gue merasa jelek dan berjanji untuk tidak mencet jerawat dengan membabi buta lagi (kadang jerawatnya uda keluar masih juga gue otak-atik...) Tapi gue selalu gagal memenuhi janji itu. Karena setiap gue lihat jerawat, hal pertama yang gue lakukan adalah penceeetttt!!!!

Paling enak adalah mencet jerawat orang laen. Tentunya karena gue nggak perlu merasakan rasa sakit, dan nggak perlu menyesali bekas luka yang nangkring di muka selama berminggu-minggu. Biasanya yang paling sering jadi korban gue adalah cowo-cowo yang pernah jadi pacar gue. Kenapa? Karena walopun mereka protes - gue tetep melakukannya tanpa rasa belas kasihan. Kadang-kadang di depan umum (tangan bisa bergerak otomatis di luar kesadaran gue saat melihat jerawat cantik)

Baru-baru ini, gue kaget kalau ternyata si pacar (yang masih tergolong... *ehm* baru) juga melakukan hal yang sama ke muka gue. Don't move! There's a pimple. I'll fix it (kenapa terdengar lebih merdu dari pada "sini jerawat lo gue pencet" yah?) Dan, -awwww-, ternyata jerawat dipencetin orang lain itu sakit. Lebih enak mencet sendiri. Akhirnya kita berdua membuat 'pact' disertai kelingking melingkar satu sama lain seperti anak kecil baikan: kami berjanji tidak akan saling memenceti jerawat satu sama lain. Ini adalah sebuah komitmen yang sangat serius buat gue.

Beberapa hari berlalu dan gue belom lupa sama 'pact' yang kita buat. 
Pada suatu kencan romantis di sebuah taman, saat gue sedang terkagum-kagum dengan mata biru sang pacar karena gue bisa ngaca dan melihat diri gue sendiri di matanya (dalem bentuk super kecil dan terdistorsi seperti di film animasi), tiba-tiba perhatian gue teralihkan oleh sesuatu yang jauh lebih seksi dari mata biru seorang bule kampung. 
Dia ganteng dan imut-imut sekali. Warnanya merah seperti mobil BMW oldschool gue yang udah di jual 5 tahun lalu. Si ganteng itu seolah-olah berbicara: "mari sini... sini... sini... sini sayang... pegang-pegang dooong"
Dan gue pun terhipnotis oleh si imut ganteng yang bertengger di sana, mengibas-ngibaskan pesonanya. Gue mendekat-mendekat dan mendekat.
Gue gak sadar apa yang gue lakukan beberapa detik berikutnya. Yang bikin gue sadar adalah saat pacar yang malang menjerit kesakitan.

OUCH!! hey! we've made a pact about this!!

Tanpa bermaksud melakukan 'internal racism' (merendahkan ras sendiri karena nganggep ras laen lebih keren), ternyata jerawat itu tampak lebih seksi di kulit orang bule. 

Lebih merah. Lebih menggairahkan...

Labels:

4 Comments:

Anonymous Julia Liem said...

buakkakak gw seh suka gregetan klo uda pencet ehhh ga keluar2, ampe sesakit apapun gw tetep berjuang ampe goal haha...

trus gw sgt suka mencetin jerawat co gw. pokoknya klo gw uda bawa pencetan jerawat, uda dah berkeluh kesah dia haha... untuk mancingnya, gw bawa korekan kuping haha paling suka tu dia dikorekin kupingnya, ya semacam "penyembuhannya" lah haha

Tuesday, November 10, 2009  
Anonymous Thera Paramehta said...

yess. ada yg mengerti perasaan gw.

mencetin jerawat pacar itu emang asik.

Tuesday, November 10, 2009  
Anonymous nechan gembul said...

ini gw sangat setuju... gw suka gemes gitu kalo liat ada jerawat nangkring di muka orang, apalagi kalo jerawatnya yang udah mateng melentung, kayaknya tinggal senggol dikit meledak gitu......*gemes sm jerawat*

Tuesday, November 10, 2009  
Anonymous shanti handamari said...

Sama dong. Dengan memencet jerawat gue merasa telah melakukan sesuatu hal baik untuk kulit gue. Ibarat korupsi, basmi dulu. Kalo ada efek samping itu urusan belakangan :P

Monday, November 23, 2009  

Post a Comment

<< Home