printer... status: error!
Labels: blog
I will always be the virgin-prostitute, the perverse angel, the two-faced sinister and saintly woman ... Life is not rational; it is just mad and full of pain. Do not seek the because - in love there is no because, no reason, no explanation, no solutions. You are a sexual angel, but you're an angel just the same. You are a narcissist. That is the raison d'etre of the journal. Journal writing is a disease. But it's all right. It's very interesting. - Anais Nin
Labels: blog
Labels: blog
Labels: blog
Labels: blog, muntahkata, puisi, symbolandmeaning
Labels: puisi
Labels: puisi
Labels: blog
Labels: blog
Labels: blog
Labels: blog
Labels: blog
Labels: blog
Rating: | ★★ |
Category: | Movies |
Genre: | Documentary |
Labels: irony, israel, moviereview
Oleh: Nosa the Wonderguitar
.
Mungkin pathetic benar apa yang bakal lo baca di sini: sebuah kenyataan pahit tentang keadaan sebuah band yang menurut beberapa orang, termasuk gue sendiri, bisa menjadi band besar yang mampu memperbaiki rusaknya musik Indonesia dan pasarnya sekarang (LO DOANG KALEEE, NOS!!!, red_ thera). Wonderbra sebagai sebuah band saat ini sedang menghadapi sebuah kenyataan yang jauh dari ketenaran Rock and Roll. Kenyataan yang menyedihkan di mana para personilnya terjepit oleh KKK: Keluarga, Kapitalisme, dan Kuliah.
.
Dua K yang pertama menimpa tiga personil Wonderbra yaitu: Ms. Teraya Paramehta, Mr. Nosa Normanda, dan Mr. Edy Sembodo. Ms. Teraya Paramehta, dari kacamata seorang awam sekarang bisa dibilang mapan. Ia adalah seorang dosen di UND (Universitas Negeri Depok), juga seorang wartawan dan budak Kapitalisme sebuah majalah ekspat di kota neraka ini. Sesungguhnya sangatlah nyaman pekerjaannya ini, jika kebuasaan di dalam hatinya bisa cukup dibendung dan ia bisa cukup egois untuk meninggalkan band dan kegamangan pergaulan metropolitan. Terlebih lagi profesi seperti ini cukup [atau mungkin sangat] didukung Keluarganya. Tapi dari keluhan-keluhannya di Multiply, nampaknya ia tidak bisa melakukan itu, maka Wonderbra tetap bernafas walau tersengal-sengal menanti Ms. Tera dengan jadwalnya yang padat untuk datang ke studio. [tambahan berita terbaru: Ms. Tera menjadi betah dengan pekerjaannya karena alasan financial. Namun ia berencana akan mengatur jadwalnya untuk band dengan baik—walau beberapa minggu ini terlihat kurang berhasil]
.
Mr. Nosa Normanda berbanding terbalik dengan Ms. Tera yang mengalami tekanan batin dan bukan konflik besar keluarga. Nosa Normanda baru saja disidang oleh Dewan Jenderal Keluarga besarnya [terdiri atas Om-om, dan Tante-tantenya yang ‘mapan’ dan mama-papanya] atas dua masalah: Kapitalisme dan Keluarga nuklir. Om-nya yang terkaya memberikan jaminan berupa wejangan: “Om jamin, kalau kamu jadi seniman, kamu pasti KERE…RE..RE..RE!!” dan kata Kere tadi terngiang-ngiang di kepala Nosa Normanda bagai sebuah gadam yang keras dari Hanoman [Dung! Dung!]. Yang lebih ngenes lagi, ketika Nosa memperlihatkan hasil kerja kerasnya, sebuah majalah Teater bernama Teatron, si Om membaca, menaruhnya di meja dan bilang, “Semua seniman di sini nggak ada yang sekolah! Kamu kan kuliah, di UI lagi. Kamu bisa lebih daripada ini. Kenapa kemarin nggak mau nyoba DEPLU atau Departemen pemerintahan yang lain? Om punya banyak koneksi.” Dia men-judge tanpa tahu betapa susahnya membuat itu majalah. Lagipula seniman miskin adalah seniman yang malas kerja dan/atau bodoh. Bayangkan apa yang bisa dilakukan seniman lulusan kuliahan, kritis, memiliki nilai akademis, rajin bekerja, menabung dan tidak sombong di negeri ini? Si Om SOTOY! Yang paling sempurna yang menutup pengadilan tersebut adalah sebuah pertanyaan dari pemilik rahim yang melahirkan Nosa Normanda, yang kontradiktif sekali dengan judgment keluarga besar ini tentang Nosa Normanda si Seniman Kere, “Jadi, kapan kamu mau Mama lamarkan pacar kamu?” ARRRGH!!! Apa Seeeh!!?
.
Mr. Edy Sembodo mengalami nasib yang lebih mengenaskan dari Mr. Nosa Normanda karena ia memiliki rasa CINTA yang sangat besar terhadap keluarganya, dan rasa TANGGUNG JAWAB yang tinggi terhadap karir dan keadaan keuangannya. Ia ‘berkerja banting tulang dalam mencari perkerjaan’, dan hasil yang didapat bagai memancing di pantai ancol: polutan, sampah, dan ikan-ikan kecil yang kemungkinan besar mengandung merkuri. Namun di sela-sela jam nelayannya yang padat, ia masih mampu tersenyum dan datang latihan band dengan iklas dan ridha untuk sebuah perjuangan atas kesetiakawanan sosial dan cita-cita berbangsa dan bernegara. Edy Sembodo sedang dalam perjalanan menuju suatu heroisme: apakah ia akan berakhir bahagia seperti sebuah komedi Lysistrata, atau A Midsummer Nights Dream? Atau ia akan berakhir tragis seperti Oedipus, Othello atau O-O yang lain? Atau mungkin juga percampuran tragicomedy layaknya yahudi dalam Merchant of Venice? Kita tunggu petualangan berikutnya!
.
Dua personil Wonderbra yang lain Mr. Asep Rahman dan Mr. Yuda Wahyudin secara lengkap mengalami KKK, khususnya K yang ketiga. Beberapa hari belakangan ini, Mr. Asep Rahman berubah menjadi Prof. Calculus dalam komik Tin Tin yang selalu mencari ke arah mana energi kosmik menuju. Ia juga mulai menghitung dengan bandulnya tentang premis-premis yang terjadi dan kesimpulan apa yang bisa ia ambil tentang alam semesta dan strukturnya. Tebak, apakah yang sedang dilakukan Prof Asep Calculus? Betul! Dia sedang belajar LOGIKA! Logika adalah suatu mata kuliah di departemen filsafat di mana Mr. Asep Rahman terancam DO kalau tidak lulus lagi kali ini. Maka ia berusaha dengan sangat keras bagaimana memecahkan masalah-masalah logika yang pelik karena diulang-ulang, membosankan, dan diajar oleh seorang cumi-cumi kaku yang jago bermain clarinet bernama JP Hayon yang legendaris. Dalam mitologi Nickelodeon dia juga dikenal sebagai Squidworth. Jika Mr. Asep Rahman gagal dalam K yang ini, maka ia akan memiliki masalah K-luarga dan K-pitalisme. Mudah-mudahan Prof. Calculus bisa membantu Asep untuk menjawab soal: “Premis mayor: Silet adalah benda tajam; Premis minor: Silet bisa melukai kulit; maka kesimpulannya?” Jawab Asep: “Dilukai dengan silet itu enak…” TEEET! Maaf, anda tidak bisa lulusssss… lebih baik mulai tanya Galileo.
.
Mr. Yuda Wahyudin terkena Hidayah karena ia tidak mabuk, rajin beribadah, dan tidak neko-neko seperti kawan-kawan band nya yang lain: ia terinfeksi KKK ibarat negro Kristen taat yang pada tahun 1964 di Oklahoma digantung terbalik dengan telanjang dipohon Oak dan diketawai seorang anak perempuan kulit putih yang bilang: ‘tititnya lucu….’ Sebuah kekaguman pertama anti-rasis dari orang WASP (White Anglo-Saxon Protestant) Amerika di Oklahoma. [metafora yang iseng dan menyeramkan!]. Jalan yang lurus nampaknya tidak selalu mulus untuk Mr. Yuda Wahyudin. Terlihat di acara ‘Mari ngerjain Selebriti’ di tv-tv swasta yang ngeshoot ada tiga selebriti wonderbra (Edi Sembodo, Manajer Manan, dan Yuda Wahyudin) yang sedang ‘pura-pura’ nyebarin flyer Fakultas Tehnik di ITC. Salahnya tuh acara, sesungguhnya seleb-seleb ini tidak sedang acting buat ngerjain orang, mereka benar-benar sedang bekerja nyebarin flyer. Ketika ditanya Wartawan, kenapa melakukan hal itu, Mr. Yuda hanya menjawab dengan senyum tipis ala Brian Jones nya, “Untuk beli efek, cuy!!!” Dalam tekanan keluarga untuk mencari pekerjaan tetap, dan menyelesaikan skripsinya yang tinggal seiprit, Mr.Yuda Wahyudin masih bisa focus untuk tujuan mulia yang diberkahi tuhan: beli efek cuy!!!
.
Itulah update terkini dari band yang baru mulai dewasa dan mulai tenggelam dalam kegamangan realita kolektif masyarakat urban. Mereka menunggu doa dari kita semua untuk bisa kembali menyemarakkan musik dan pergaulan yang sehat dari komunitas-komunitas orang cerdas yang ada di ibukota. Dalam keadaan mereka sekarang, mereka masih konsisten untuk terus membuat lagu. Rekaman pertama album kedua mereka juga akan dilakukan tanggal 30 bulan Maret ini. Doakan saja, segala carut marut KKK ini bisa diredam layaknya Mandela menekan Apartheid. Kita berdoa dengan sangat khusyuk kepada Rock and Roll dan kejahatannya. Mudah-mudahan babah Bob Johnson bisa mengamini kita semua. Amin.
Labels: wonderbra
Labels: blog