Tulisku pada status di facebook...
Teraya membiarkan angin bertiup menembus ubun-ubun di kepalanya yang sedang kosong...
dan pada multiply kutambahkan...
Datanglah para pecandu
Rasukilah aku seperti dulu
Bisikilah dengan dusta-dustamu yang biasa ku telan hingga tenggelam ke dalam waktu
Ajari jemariku menari dengan lihai, seperti bibirku dalam mengecup kepahitan
Bawa aku pada tandu kematian
Membelah lidah api seperti terbelahnya laut hitam
Palung-palung itu begitu dingin, begitu nyaman
Tempatku bersarang pada sebuah dimensi
Dimana hanya aku dan tuhanku yang mengerti
Aku merindu melangkah seorang diri
Bersandar pada angin dan semesta
Menjadi anak alam penangkal malapetaka
Datanglah para pecandu
Rasukilah aku seperti dulu
Tanpa dunia semaya kasat mata
Bisa apa aku?
Terbatas pada kata
Depok, 26 Feb 2009
Labels: blog, contemplation, me, muntahkata, psychedelic, puisi, symbolandmeaning, thought
6 Comments:
Salah satu puisi paling kuat yg elu bikin ter..
waduh....
berlebihan ah si abang ini...
hehe. thx tho'
aneh, yang liat baru dua orang. setuju gue, yang ini mengandung kerinduan yang 'sakit'.
yg liat udah 14 org, nos. yg komen baru 2 orang...
memprihatinkan ya emg produktivitas di multiply berkurang drastis... huhuhu gara2 facebook dan plurk nih!!!
sebenernya gw cwe...FYI..hahhaha
gw paling suka bagian
"Datanglah para pecandu...
Bawa aku pada tandu kematian"
Damned!
Post a Comment
<< Home