Thursday, February 26, 2009

Tulisku pada status di facebook...

Teraya membiarkan angin bertiup menembus ubun-ubun di kepalanya yang sedang kosong...

 

dan pada multiply kutambahkan...

 

 

Datanglah para pecandu

Rasukilah aku seperti dulu

Bisikilah dengan dusta-dustamu yang biasa ku telan hingga tenggelam ke dalam waktu

Ajari jemariku menari dengan lihai, seperti bibirku dalam mengecup kepahitan

Bawa aku pada tandu kematian

Membelah lidah api seperti terbelahnya laut hitam

Palung-palung itu begitu dingin, begitu nyaman

Tempatku bersarang pada sebuah dimensi

Dimana hanya aku dan tuhanku yang mengerti

Aku merindu melangkah seorang diri

Bersandar pada angin dan semesta

Menjadi anak alam penangkal malapetaka

Datanglah para pecandu

Rasukilah aku seperti dulu

Tanpa dunia semaya kasat mata

Bisa apa aku?

Terbatas pada kata

 

Depok, 26 Feb 2009

Labels: , , , , , , ,

6 Comments:

Anonymous KAPITALISM kadaver said...

Salah satu puisi paling kuat yg elu bikin ter..

Friday, February 27, 2009  
Anonymous Thera Paramehta said...

waduh....
berlebihan ah si abang ini...
hehe. thx tho'

Friday, February 27, 2009  
Anonymous Nosa Normanda said...

aneh, yang liat baru dua orang. setuju gue, yang ini mengandung kerinduan yang 'sakit'.

Friday, February 27, 2009  
Anonymous Thera Paramehta said...

yg liat udah 14 org, nos. yg komen baru 2 orang...

memprihatinkan ya emg produktivitas di multiply berkurang drastis... huhuhu gara2 facebook dan plurk nih!!!

Friday, February 27, 2009  
Anonymous KAPITALISM kadaver said...

sebenernya gw cwe...FYI..hahhaha

Saturday, February 28, 2009  
Anonymous KAPITALISM kadaver said...

gw paling suka bagian
"Datanglah para pecandu...
Bawa aku pada tandu kematian"
Damned!

Saturday, February 28, 2009  

Post a Comment

<< Home