Sultana's Dream (a short story): utopian speculative feminist science fiction
Rating: | ★★★★ |
Category: | Books |
Genre: | Literature & Fiction |
Author: | Begum Rokheya Sakhwat Hossain |
"Because it cannot be helped as they as stronger than women"
"A lion is stronger than a man, but it does not enable him to dominate the human race. You have neglected the duty you owe to yourselves and you have lost your natural rights by shutting your eyes to your own interests."
(Sultana's Dream -Begum Rokheya Sakhwat Hossain)
Saya menemukan cerpen Sultana's Dream ketika saya sedang iseng menambah pengetahuan dalam genre science fiction literature di wikipedia. Tiba-tiba saya tertarik untuk mempelajari beberapa term kontemporer yang sebelumnya sangat asing di telinga saya tapi satu hal yang menurut saya paling unik: feminist science fiction. Pendekatan feminis dalam sastra bukan lagi hal yang asing bagi saya, tapi feminist science fiction? Genre sci-fi dengan muatan feminis? Apa pula ini?
Lalu saya mulai addict mempelajari lebih banyak tentang muatan feminis dalam genre literatur yang didominasi kaum pria ini. Sejumlah judul saya catat untuk sewaktu-waktu saya cari. Saya akhirnya tiba pada nama Begum Rokheya Sakhwat Hossain (sumpah namanya susah bgt!) dan cerita pendeknya yang paling terkenal "Sultana's Dream". ternyata tidak sulit mendapatkan cerpen ini, saya bisa bebas mengcopy-paste nya dari situs yang tertera dibawah setelah melobi google.
Sulthana's Dream bercerita tentang seorang perempuan bernama Sulthana yang tiba-tiba bermimpi ke suatu negara yang dipimpin oleh seorang ratu yang sangat bijaksana. Semua elemen dalam ruang publik dipimpin oleh perempuan, sementara laki-laki terpatas pada ruang domestik. Hal ini membuat Sultana terkejut karena sangat berbeda dengan kultur India tempat ia tinggal dimana hanya laki-laki yang boleh sekolah, bekerja, dan menguasai dunia politik, sementara perempuan dilarang keras keluar rumah kecuali ditemani ayah atau kakak laki-laki.
Memang mengerikan, membacanya seolah melihat budaya patriarkhis ekstrim yang sangat terbalik yang dilakukan oleh perempuan, hanya saja memiliki pembenaran-pembenaran dari sudut pandang perempuan. Meskipun karya ini secara jelas adalah sebuah karya feminis, namun stereotyping dan binary opposition antara perempuan dan laki-laki justru diperkuat secara jelas. menurut saya, karya ini pantas disebut "utopian speculative feminist science fiction" (mampus gak luh!?)
Mari, saya jabarkan satu-satu....
Utopia adalah konsep dimana kehidupan manusia berada pada tingkat paling sempurna di segala sektor. Damai, aman, tentram, gak ada perang, gak ada polusi, gak ada populasi berlebih, gak ada kemiskinan, dan gak ada masalah! Utopia (dan distopia, antitesis atau kebalikan dari utopia) juga merupakan suatu konsep yang sering ditemui dalam sastra.
Speculative science fiction adalah salah satu sub-genre dari science fiction dimana proses kreatif sebuah cerita diawali dari usaha menjawab pertanyaan "What if..." Dalam kasus cerpen ini, Hossain berangkat dari usaha menjawab pertanyaan "What if the word is ruled by women?" atau dalam konteks budaya patriarki India pada masa penulisan cerpen ini bisa juga "What if women do what men did to women?"
Lalu, kenapa feminist science fiction? Karena dalam Sultana's Dream terdapat elemen-elemen feminisme dan elemen-elemen dalam genre sci-fi, yaitu adanya gambaran kehidupan masyarakat yang terpengaruhi oleh kemajuan teknologi.
Ohya, ada satu lagi yang hampir ketinggalan, ecofeminism! ecofeminism adalah ideologi feminis yang berhubungan dengan lingkungan dimana seringkali eksistensi perempuan berhubungan erat dengan alam. Cerita pendek ini juga menunjukkan hal itu karena setting 'dunia mimpi' Sultana adalah tempat yang sangat asri dan hijau. Hal ini dikarenakan kemajuan teknologi yang diciptakan kaum perempuan di negara itu tetap ramah lingkungan.
Hhhh! Edan!
Cerita pendek ini memang pendek (namanya juga cerita pendek) namun kaya akan hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah saya temui atau dengar. Memang kelemahan cerpen ini adalah memposisikan ideologi feminis pada titik yang cukup ekstrim dan cukup mengerikan bagi orang awam, tapi hal ini seharusnya tidak menjadi masalah karena selalu kembali pada interpretasi masing-masing pembacanya.
Perlu diingat bahwa cerpen ini ditulis Hossain pada tahun 1905, dimana budaya patriarki di India sedang pada puncak-puncaknya. Atas alasan ini saya memaafkan Hossain karena telah membuat feminisme jadi terdengar menakutkan, pasti Hossain melakukannya karena alasan yang kuat; apa yang dia alami pada saat itu juga menakutkan. Terlepas dari hal ini, Sultana's Dream adalah sebuah cerpen yang begitu menarik, terutama atas kekayaan elemen yang dimilikinya. Sedih rasanya ketika saya sampai pada akhir cerita, dimana Sultana, klise memang, terbangun dari mimpinya dan kembali pada dunia aslinya yang partriarkhis (maaf saya jadi spoiler...)
Nilai: 8 (skala 1-10)
Untuk membaca cerpen Sultana's Dream silahkan ke situs:
http://home.earthlink.net/~twoeyesmagazine/issue2/sultana.htm
Labels: bookreview, feminism, literature
3 Comments:
.....
suka atwood? kalau gak salah, genre dia jg feminist science fiction kan ya?
iya. suka. I love this contemporary genre...
Post a Comment
<< Home