minimal...
petak itu tidaklagi hitam putih
di sela-selanya selalu ada merah
yang berbau amis seperti darah
kota itu tidak lagi bingar
di antaranya selalu ada bisik
yang mencuri berisik
dan menelannya dengan cantik
bahasa itu tidak lagi berucap
di antar katanya selalu ada sedak
yang merangkai terbata-bata
dan menghancurkan rangkaian bicara
ledak itu tidak lagi mengejutkan
mungkin karena kita bukan lagi pion catur
yang digerakkan tangan-tangan setan
maupun tangan tuhan
namun semesta masih ajaib seperti biasanya
minimal untuk hari ini
di sela-selanya selalu ada merah
yang berbau amis seperti darah
kota itu tidak lagi bingar
di antaranya selalu ada bisik
yang mencuri berisik
dan menelannya dengan cantik
bahasa itu tidak lagi berucap
di antar katanya selalu ada sedak
yang merangkai terbata-bata
dan menghancurkan rangkaian bicara
ledak itu tidak lagi mengejutkan
mungkin karena kita bukan lagi pion catur
yang digerakkan tangan-tangan setan
maupun tangan tuhan
namun semesta masih ajaib seperti biasanya
minimal untuk hari ini
Labels: muntahkata, puisi
1 Comments:
mungkinkarenakitamakintumpulsalingmakinjauh
Post a Comment
<< Home