Dosa Sang Jalang
Maaf, maaf, sekali lagi maaf karena saya telah menelusup tepat ke kehidupan anda yang nyaman tentram dan tenang. Karena mata ini mata coklat si pecundang yang tidak pernah bisa diam kala terlihat pesona gelagat yang membakar hasrat. Sekali lagi maaf kalau saya bergulung-gulung bersama ombak kehidupan yang kalian ciptakan, mungkin saya hanya sekedar pencari perhatian, kenikmatan, dan tentunya_petualangan. Tokh saya tidak tahu, sungguh tidak tahu, kenapa orang tua saya melahirkan saya, dan kenapa Tuhan merestuinya.
Dan saya sudah mengganggu perkawinan-perkawinan kalian. Maaf sungguh maaf, saya tak pernah bermaksud untuk merusak istana yang selama ini kalian bangun bersama. Bukan maksud saya kalau saya tidak tahan melihat orang lain berbahagia lalu kemudian usil dan merusaknya... sungguh, sama seperti kalian semua, saya hanya ingin sedikit saja mencicipi makanan penutup yang kalian namakan kebahagiaan itu.
Maaf, sungguh maaf kalau saja mulut ini berbicara dengan bahasa yang bernama dosa. Sungguh maaf bila otak ini terbuat dari bacin dan hangusnya telaga murka. Sungguh maaf saat kau temukan kelaminku penuh dengan kebusukkan sisa peninggalan-peninggalan kebodohan masa lalu, jalang-jalang itu telah mentato namanya di rahimku, dan aku tak tahu bagaimana cara membersihkannya. Bau busuknya itu sungguh aku tak tahan, dan maaf bila itu bukan yang kau inginkan.
Maaf, sungguh maaf atas garisan sejarah kehidupanku yang seperti demikian, hingga di mata kalian aku hadir sebagai bunda dari para jalang yang memperkosa ibunya.
Maaf, darahku telah mengotori kemurnian yang kalian pernah ciptakan.
Maaf, sungguh maaf kalau saja mulut ini berbicara dengan bahasa yang bernama dosa. Sungguh maaf bila otak ini terbuat dari bacin dan hangusnya telaga murka. Sungguh maaf saat kau temukan kelaminku penuh dengan kebusukkan sisa peninggalan-peninggalan kebodohan masa lalu, jalang-jalang itu telah mentato namanya di rahimku, dan aku tak tahu bagaimana cara membersihkannya. Bau busuknya itu sungguh aku tak tahan, dan maaf bila itu bukan yang kau inginkan.
Maaf, darahku telah mengotori kemurnian yang kalian pernah ciptakan.
Labels: literature, muntahkata, puisi
1 Comments:
Mata coklatmu tetap membuatku terkesima secara frontal dan nyata....Kamu adalah bagian dari keluargamu sendiri. Keindahan ragawi dan darah seni di tubuhmu telah menyebarkan keagungan Yang Diatas. Maaf yang keluar sangatlah tulus namun tak perlu kamu pikirkan kembali segala masa lalu, masa kelam...Kamu adalah kamu, dengan segala kelebihan dan kekurangan menjadikanmu menjadi Ada seperti saat ini.
Bukankah hidupmu saat ini sungguh berharga meski harus melewati halangan dan rintangan beserta debu yang bermain-main nakal di sekujur tubuh mu?
Post a Comment
<< Home