Liarkan!
Ini bukan masalah kebenaran. Hanya kesudian sebuah pikiran yang diijinkan tuannya _yang tak lain dan tak bukan adalah tubuh_ untuk mengelana dan bertualang diluar jeruji-jeruji moralitas yang menjadi super ego manusia. Ini bukan sekedar permasalahan mana yang benar dan mana yang salah, karena benar salah hanyalah sebuah delusi yang datang dari kesepakatan banyak manusia yang tidak sengaja terperangkap dalam sebuah tempat.
Kasihan aku pada pikiran-pikiran yang ruang geraknya dibatasi hanya sampai pada titik-titik tertentu. Aku bisa merasa tangisannya yang tak terdengar. Walau mereka hanyalah sosok tak kasat mata yang menyampur bersama keabstrakan maya, aku tahu mereka mendamba kebebasan.
Lalu aku dan pikiranku yang kubiarkan mengelana kemanapun dia mau hanya bisa diam dan prihatin, sesekali menangisi, atau mentertawai. Mentertawai mereka-mereka yang mengaku seniman tapi sesungguhnya sales. Mereka yang sok-sok sales tapi sebenarnya seniman. Mentertawai mereka yang merasa benar dan menganggap ini itu salah. Sementara benar dan salah kabur adanya.Mentertawai tukang jamu yang jualan racun. Mentertawai peracun yang minum jamu. Mentertawai maling yang teriak maling, kucing yang makan anjing, anjing yang dikunyah kucing, lalu sudah mati jadi makanan cacing. Mentertawai orang-orang bunuh diri tapi malah panjang umur. Mentertawai orang-orang panjang umur yang dimakan ikan hiu. Dan seperti biasanya, ikan hiu kalau mati ya jadi makanan cacing lagi, kan?
Sabarlah sesaat lagi, tidak lama lagi kegilaan dan monotonitas ini akan berakhir seiring terbebaskannya pikiran-pikiran paling liar di dunia, sehingga tak ada lagi mereka yang memandang esensi-esensi kejeniusan pikiran manusia dengan sebelah mata. Sang pencipta tinggal dan hidup di tiap percikan kebebasan pikiran yang ada.
Kasihan aku pada pikiran-pikiran yang ruang geraknya dibatasi hanya sampai pada titik-titik tertentu. Aku bisa merasa tangisannya yang tak terdengar. Walau mereka hanyalah sosok tak kasat mata yang menyampur bersama keabstrakan maya, aku tahu mereka mendamba kebebasan.
Lalu aku dan pikiranku yang kubiarkan mengelana kemanapun dia mau hanya bisa diam dan prihatin, sesekali menangisi, atau mentertawai. Mentertawai mereka-mereka yang mengaku seniman tapi sesungguhnya sales. Mereka yang sok-sok sales tapi sebenarnya seniman. Mentertawai mereka yang merasa benar dan menganggap ini itu salah. Sementara benar dan salah kabur adanya.Mentertawai tukang jamu yang jualan racun. Mentertawai peracun yang minum jamu. Mentertawai maling yang teriak maling, kucing yang makan anjing, anjing yang dikunyah kucing, lalu sudah mati jadi makanan cacing. Mentertawai orang-orang bunuh diri tapi malah panjang umur. Mentertawai orang-orang panjang umur yang dimakan ikan hiu. Dan seperti biasanya, ikan hiu kalau mati ya jadi makanan cacing lagi, kan?
Sabarlah sesaat lagi, tidak lama lagi kegilaan dan monotonitas ini akan berakhir seiring terbebaskannya pikiran-pikiran paling liar di dunia, sehingga tak ada lagi mereka yang memandang esensi-esensi kejeniusan pikiran manusia dengan sebelah mata. Sang pencipta tinggal dan hidup di tiap percikan kebebasan pikiran yang ada.
Labels: muntahkata
0 Comments:
Post a Comment
<< Home