di persimpangan jalan
???????????????????????????????????
???????????????????????????????????
???????????????????????????????????
Di persimpangan jalan semua orang tahu kemana mereka akan meninggalkan jejak. mereka punya tujuan dan pengharapan. motivator-motivator. norma-norma yang berkata harus diapakan hidup mereka. Mereka pun sering curang, berpegang pada gada dan tongkat yang hidup untuk terus bertahan hidup atau untuk dihina, dimaki, dan dituntut pertanggungjawabannya bila ternyata segalanya tidak berlangsung seperti yang dia mau.
Tapi ada satu manusia bak kelinci keluar dari topi tukang sulap yang tahu bahwa tidak ada yang satu manusiapun yang tahu tentang kepastian semesta. Atau -kurang lebih- manusia hanya bisa menebak-nebak apa yang akan terjadi nanti, dan sering kali manusia meleset karena terlalu sering terpesona dengan imaji-imaji yang mereka ciptakan. Imaji yang membuat mereka jadi buta dan bertindak, berbicara, atas nama siluet-siluet dalam khayal. Disesatkan oleh mereka sendiri. Menjadi murka karena mereka sendiri.
Tapi tidak selamanya kan seorang manusia yang bak kelinci keluar dari topi tukang sulap itu harus berdiri di persimpangan jalan dan melihat manusia-manusia normal lainnya berjalan pada jalanan yang sudah dirangkaikan untuk mereka? Dia bisa juga ikut bersama merka, berjalan pada jalan dan arah yang sudah ditentukan, awas pada lampu hijau dan lampu merah yang sudah dirangkaikan... Atau, dia bisa melepas sepatu barunya dan bertelanjang kaki, berjalan di taman menginjak rumput yang basah. Seorang diri.
Labels: blog
7 Comments:
iya.. tidak selamanya....
sesuai kebutuhan ajalah... nggak usah saklek2 banget..
hehe
sesuai kebutuhan ajalah... nggak usah saklek2 banget..
hehe
or watching flower growin on lamp-post... :)
be grateful to be human.....:)
ikut saya aja... mau ngga? :D
yeah? hehe
i know one man that don't.
Post a Comment
<< Home