Ketika "big development daddy" meninggal dunia...
saya berharap dia hidup lebih lama lagi, agar keadilan secara hukum di dunia dapat ditegakkan.
keadilan di akhirat? ah... kalian ini bisa saja...
lalu media membuat saya muak dengan kilas baliknya pada masa-masa penuh represi itu
dimana siapa saja yang berani bicara menghilang satu persatu
kecerdasan dibungkam dan digantikan dengan susunan-susunan pemikiran atifisial penuh tendensi menjijikan
dan dia menjadi tampak seperti pahlawan.
boleh lah, pahlawan untuk sebagian orang yang kecipratan kenikmatan kuasanya, tapi tentu tidak untuk saya
apakah saya berbelasungkawa? tentu. bukan untuk "sang ayah", tapi untuk kecerdasan bangsa dan keadilan.
ha ha. semoga apa yang mereka sebut dengan keadilan di akhirat itu benar adanya...
keadilan di akhirat? ah... kalian ini bisa saja...
lalu media membuat saya muak dengan kilas baliknya pada masa-masa penuh represi itu
dimana siapa saja yang berani bicara menghilang satu persatu
kecerdasan dibungkam dan digantikan dengan susunan-susunan pemikiran atifisial penuh tendensi menjijikan
dan dia menjadi tampak seperti pahlawan.
boleh lah, pahlawan untuk sebagian orang yang kecipratan kenikmatan kuasanya, tapi tentu tidak untuk saya
apakah saya berbelasungkawa? tentu. bukan untuk "sang ayah", tapi untuk kecerdasan bangsa dan keadilan.
ha ha. semoga apa yang mereka sebut dengan keadilan di akhirat itu benar adanya...
Labels: blog, irony, muntahkata
11 Comments:
iya bener koq
pahlawan kaum kapitalis..!!!
sebetulnya kl mnrt gw yg harus diadili bukan dia sih
tapi itu lo
antek2nya yg masih bernapas dan menikmati hasil 'jajahan'nya sampai detik ini
f*ck them all.. semua harusnya diadili!!! ggrrrrr....
makanya jd jaksa dong
biar ditangkep semuanya
selama pohon beringin itu masih tumbuh........rasanya keadilan blom bs diuraikan........
dan masih kesal rasanya kalo mendengar ada generasi muda yang terperangkap buaian orde baru... kapan majunya nih klo generasi muda ga bergerak... huhuhuuhuuuuu.... :(
parahnya sebagian besar media di indonesia (terutama televisi) adalah milik keluarga besarnya.. jadi ya... gitu deh..
yup betul
pembodohan nasional
grrrrrrrr....
I love Jakarta Post
Instead writing a headline with the word "passed away", they use "DEAD" instead! yay.
DEAD DEAD DEAD DEAD DEAD!!!
oooh how I love that word... and I hate eufimism
dead prez hahaha
kaya judul lagu siapa gitu hehehe
jika kita cermati dengan menjeluk, kita tidak akan gagal untuk mengetahui bahwa kesadaran kolektif itu bisa dibentuk sedemikian.
"...ketakutan ini menjadi kebiasaan. Kecurangan, KKN, dan skandal diakui sebagai suatu momok namun terus dilakukan. Hal ini dilakukan di segala kelas dari tukang becak sampai aristokrat. Semua kompak dalam membentuk struktur absurd yang membuat pola sirkular di negara ini, karena masing-masing bekerja sama di dalam sistem ‘Soeharto’. Negosiasi dengan birokrasi yang ngejelimet, sogok kiri-kanan untuk KTP atau SIM, sampai money politic adalah sebuah bukti hegemoni sebuah tanda. Tanda yang telah menjadi sistem dan terinternalisasi. Tanda yang kita semua mengutuk sambil memaklumi. Tanda ‘Soeharto’, hegemoni yang (seperti) abadi menempel pada setiap kita yang mengaku ‘Indonesia’."
Tahu kalian siapa yang membuat pak harto abadi: Aku dan kamu, kaum aristokrat yang hidup di dalam sistem korup ini, dan mau bernegosiasi dengannya...
Post a Comment
<< Home