Why Teaching?
Apakah pernah sekali aja dalem hidup gue gue kepikiran untuk menjadi pengajar? Jawabannya pernah, tapi gue sendiri nggak nyangka kalo ternyata gue akan seserius ini. Dari kecil cita2 gw bejibun. Dulu bgt, gue pernah pengen jadi astronot. Terus, beralih pengen jadi methematician (wuiiihh...) Habis itu gue pengen jadi pelukis. Setelah pupus harapan jadi pelukis gue memutuskan untuk jadi penulis (yang sampe sekarang masih jadi cita-cita gue, tapi gue merasa masih harus banyak belajar). Diantara banyak cita-cita itu, pikiran untuk menjadi guru muncul sesekali.
Lalu, pelan-pelan keinginan untuk jadi pengajar itu nambah dikit-dikit. Pertama-tama lewat banyak guru-guru inspirasional yg gue temuin selama gue sekolah terutama sejak di SMA dan kuliah. Ketemu mereka bikin gue pengen jadi kaya mereka. Terus ketemunya gue dengan guru-guru yang mble'e (bersama dengan sistem pendidikan indo yg juga mble'e mereka kompak bgt!) bikin gue terbakar, pengen ngebenerin sistem (I know I know! I'm such a utopist~!) Trus, bisa dibilang gue jadi pengen mengajar gara-gara film berikut: Monalisa's Smile, Dead Poet Society, High School High (whahaha...), The Choirs (Film perancis), etc... Selain film, gue juga terpengaruh oleh banyak novel yang bicara soal coming-of age dan education.
Gue bertemen dengan banyak orang yg apatis, tapi nggak bikin gue ikut apatis. Salah satu temen deket gue yg terlalu byk baca Nietzche menganggap bahwa manusia membutuhkan orang bodoh untuk membuat dirinya merasa pintar (karena kita hidup dalam belantara oposisi), termasuk guru yg butuh meapaparkan ilmunya pada murid murid yg masih naif karena butuh jadi role model, butuh dianggap pintar oleh org lain (ini atas respon dia karena gue kebanyakan ngeluh tentang betapa mahasiswa gue dan murid-murid gue di SD Tarki 1 hampir sama pinter) dan menurut temen gue itu, it's useless trying to change the world by teaching, the system will always be the system. Even teaching is part of the system, so as a teacher, I am part of the sistem...
Ini yg gue gak setuju. Pertama, gue ngajar bukan karena kebutuhan gue atas pengen merasa pinter dengan adanya orang-orang yg (maaf, gue cuma make bahasa temen gw) bodoh di sekitar gw (nggak kok.. .murid murid gue pinter-pinter semuaa... ) I need to be involved in the system in order to fix the system... be in it, and learn from the mistakes. Kedua, sampe saat ini, meskipun gue juga pembaca Nietzche, gw gak menjadi sepesimis itu, gue tetep percaya bahwa small changes matter! And btw, I'm not really trying to change the world (since I'm not ms.universe), I'm trying to change myself into a better person by teaching, and I teach because I still need to learn. Teaching is the best way to learn...
When I teach kindergarten and elementary school, I learn more from my students than my book. And I bet they didn't learn much from me (I'm a lousy teacher). So... who needs stupidity? I don't need it since I see myself as a stupid person! This is why I want to be a teacher. it is I who needed to learn from life... and this is why I teach.
Lalu, pelan-pelan keinginan untuk jadi pengajar itu nambah dikit-dikit. Pertama-tama lewat banyak guru-guru inspirasional yg gue temuin selama gue sekolah terutama sejak di SMA dan kuliah. Ketemu mereka bikin gue pengen jadi kaya mereka. Terus ketemunya gue dengan guru-guru yang mble'e (bersama dengan sistem pendidikan indo yg juga mble'e mereka kompak bgt!) bikin gue terbakar, pengen ngebenerin sistem (I know I know! I'm such a utopist~!) Trus, bisa dibilang gue jadi pengen mengajar gara-gara film berikut: Monalisa's Smile, Dead Poet Society, High School High (whahaha...), The Choirs (Film perancis), etc... Selain film, gue juga terpengaruh oleh banyak novel yang bicara soal coming-of age dan education.
Gue bertemen dengan banyak orang yg apatis, tapi nggak bikin gue ikut apatis. Salah satu temen deket gue yg terlalu byk baca Nietzche menganggap bahwa manusia membutuhkan orang bodoh untuk membuat dirinya merasa pintar (karena kita hidup dalam belantara oposisi), termasuk guru yg butuh meapaparkan ilmunya pada murid murid yg masih naif karena butuh jadi role model, butuh dianggap pintar oleh org lain (ini atas respon dia karena gue kebanyakan ngeluh tentang betapa mahasiswa gue dan murid-murid gue di SD Tarki 1 hampir sama pinter) dan menurut temen gue itu, it's useless trying to change the world by teaching, the system will always be the system. Even teaching is part of the system, so as a teacher, I am part of the sistem...
Ini yg gue gak setuju. Pertama, gue ngajar bukan karena kebutuhan gue atas pengen merasa pinter dengan adanya orang-orang yg (maaf, gue cuma make bahasa temen gw) bodoh di sekitar gw (nggak kok.. .murid murid gue pinter-pinter semuaa... ) I need to be involved in the system in order to fix the system... be in it, and learn from the mistakes. Kedua, sampe saat ini, meskipun gue juga pembaca Nietzche, gw gak menjadi sepesimis itu, gue tetep percaya bahwa small changes matter! And btw, I'm not really trying to change the world (since I'm not ms.universe), I'm trying to change myself into a better person by teaching, and I teach because I still need to learn. Teaching is the best way to learn...
When I teach kindergarten and elementary school, I learn more from my students than my book. And I bet they didn't learn much from me (I'm a lousy teacher). So... who needs stupidity? I don't need it since I see myself as a stupid person! This is why I want to be a teacher. it is I who needed to learn from life... and this is why I teach.
Labels: essai
4 Comments:
keep teach Thera...
bokap gue menjadi almarhum karena sakit lever akibat kebanyakan mengajar ... beliau meninggal saat gue masih 2 tahun.. sejak saat itu gue bercita cita jadi lecturer....
pengalaman pribadi gue, gue ga akan pernah menolak untuk diminta mengajar di ITS dan ITB... betapapun sistem di ITS dan ITB tidak memungkinkan menjadi lebih dari sekedar jago kandang.... gue ga peduli dengan sistemnya seperti apa, jika ilmu yang ada di otak gue seliter ... seliter pula gue coba tularin ke mahasiswa-mahasiswa... saat ini gue tercatat sebagai salah satu dosen tamu di jurusan Teknik Kimia ITB dan Safety Engineering ITS
... dan gue mengajar Academic English di Fakultas Ilmu keperawatan (FIK) dan Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) di UI... hehe
so sorry about ur daddy... teaching needs a lot of energy... that's my biggest problem. stamina kurang oke. sehari sbelom ngajar hrs bkn lesson plan, setelah mengajar hrs periksa pr dan quiz, terus mempersiapkan lesson plan utk hari berikutnya lagi. one of my lecturer in my teacher training said that "to be a good teacher, all you need to do is just preparation". the problem is... so little time, soo much to prepare!
wah elo hebat sekali!
yes, perlu persiapan.. indeed
buat saya mengajar musti mendobrak cara cara lama... salah satu gaya saya mengajar adalah dengan naik ke meja... anehnya mahasiswa malah suka dan bertepuk tangan ... tak apalah yang penting mereka menyerap ilmu saya bagaimanapun caranya... toh ilmu ga dibawa mati... hehehe jadi harus dibagi bagi sebelum kita pun mati...
wah, seperti di film dead poet society!!! hehe
iya, memang harus mendobrak cara lama. itu dia yg susah. sistem pendidikan di indo gini2 aja... harus ada perubahan...
Post a Comment
<< Home