Thursday, July 05, 2007

penis-envy?

terinspirasi oleh sebuah blog dimana pemiliknya yg berkelamin perempuan menyatakan dengan terang terangnya bahwa dia memiliki kecenderungan untuk iri dengan laki-laki dan ingin memiliki penis (known as "penis-envy") gue jadi inget apa yg pernah dikatakan dosen feminis gw dan seorang aktivis feminis yg cukup dikenal, Bu Gadis Arivia:

"Freud bilang kita-kita ini (perempuan) penis-envy. Jadi... ingin memiliki penis atau menginginkan posisi sebagai laki-laki. Padahal, kalau dipikir-pikir... apakah kalian ingin memiliki penis?"

(Sebagian besar penghuni kelas dimana isinya 80% perempuan mengguman "eeww... noooo!!!")

"iya, iya... Freud ini memang aneh. Well, kalau penis sih sesekali dijadikan mainan... yah semacam cem-ceman sih nggak papa yhaa... tapi kalau benar-benar memilikinya??? ntar dulu deh..."

Whuahahaa.... Ibu Gadis Arifia... engkau lucu sekali....

Tentu saja dia tidak bermaskud menginterpretasikan kata-kata Freud as it is atau literally sih... (dr dulu Freud emg jadi musuhnya para feminis, hehe) karena penis-envy lebih mengarah pada salah satu bagian dalam perkembangan psikoseksual anak perempuan pada masa kecilnya (tanya anak psikologi, mereka lbh ngerti)Tapi lucu bgt yah gimana cara bu Gadis mengungkapkan ketidakinginannya atas posisi menjadi laki-laki... nyahaha...

Me? Penis-envy?
no thanks... they're cute sometimes, but i don't wanna own it... eeww...

hey boys, how about you guys? do you have womb envy?
we might not have penises but we do can get pregnant and give birth to a child, can you do that yourself? nyahnyahnyah...



hee hee, I'm just fooling around people, don't take it seriously...

Labels:

3 Comments:

Anonymous Gharonk Manusia Jahat said...

Sarah Gamble (The Routledge Companion to Feminism and Post Feminism - London 2001) wrote that women and men were equal, that a career was compatible with and beneficial for motherhood, and that cultural influences such as the suppression of ambition, puritanical sexual morality and ideologies of femininity led to women’s neurotic difficulties. What further demonstration of feminism is needed?

Me? I am quite satisfy by having my penis ... hehehehe

Thursday, July 05, 2007  
Anonymous Thera Paramehta said...

Sarah gamble itu kalo nggak salah seorang Post Feminism, well, baca deh essay gue di blog ini yg judulnya "Meluruskan Feminisme", disitu gue menekankan bahwa, nggak semua pemikiran bisa disamaratakan pada semua latar belakang budaya. dan pernyataan bahwa "feminisme nggak dibutuhkan lagi di era yg serba maju ini" nggak bisa begitu saja diterima. Di tempatnya Sarah Gamble mungkin hubungan antara karir dan motherhood bisa diseimbangkan, tp feminism kan bukan hanya masalah karir dan motherhood, msh byk masalah lain, dan masalah ini berbeda2 di setiap tempat, negara, budaya, bahkan keluarga terkecil. Jadi, Sarah Gamble bisa ngomong begitu, karena latar belakang budaya dia tinggal adalah budaya barat yg sudah maju, kl di Indonesia, terutama di pedesaan, yang masih sering mendoktrin perempuan buat "kerja di dapur", mungkin lain lg ceritanya.. hehe. Coba deh baca buku2 tentang feminis yg menaungi hal2 yg lebih konpemporer, atau buat yg plg dasar, baca Rosemary Putnam Tong "Feminist Thought", it's gives real basic understanding... feminism is quite a broad studies...

u're satifsief with your penis? good for you! ;-)

Thursday, July 05, 2007  
Anonymous Thera Paramehta said...

read this also guys,,,
http://oengoemeloeloe.multiply.com/journal/item/21

Thursday, July 05, 2007  

Post a Comment

<< Home