Mencatat Budaya Musik, Mengabadikan Momentum, Menggaris Sejarah (Keprihatinan Gue Atas "Orang Musik" Arogan Yang Gak Ngerti Pentingnya Penelitian Akademis)
Pada suatu hari, manager saya memperkenalkan saya pada seorang teman, dia adalah mahasiswa dari jurusan antropologi Universitas
Orang pertama yang diwawancara adalah seorang "pentolan" dari sebuah label musik independen yang sudah sangat ternama. Tidak ada yang tidak tahu orang ini, karena reputasinya yang berhasil mengangkat nama band-band indie ternama lewat labelnya. Mengejutkan sekali, dia memberi komentar negatif soal penelitian mahasiswa antropologi ini, intinya, menurut si "pentolan", kalau bukan orang musik gak akan bisa nulis tentang ini. Well, of course, si mahasiswa ini nge-drop berat, patah semangat, dan itulah kenapa manager saya memperkenalkan dia dengan teman-teman band saya agar di-encourage lagi dalam menulis skripsinya.
Saya sangat prihatin dan kesal. Memangnya dia kira dia siapa? Okay… dia berjasa dalam memajukan dunia per-indie-an lewat labelnya, tapi dengan berkata begitu berarti dia menyepelekan semua akademisi, ehm, termasuk saya. Sayang sekali, mungkin karena sudah silau dengan ketenaran dan kesuksesannya, dia jadi sesombong itu. Saya sangat menyayangkan sikapnya yang sangat arogan itu, dan menurut saya dia sangat berpikiran sempit...
Pertama, skripsi, walaupun sebatas tulisan akademis, tapi tetap sebuah tulisan. Dan lewat tulisan lah manusia mengenal sejarah, lewat tulisan lah peristiwa2 hebat terekam dan menjadi dokumentasi yang penting. Tau nggak? sebenernya ada bukti-bukti arkeologi yang menyatakan bahwa suku Bugis sudah mengarungi laut sampai ke Benua
Kedua, siapa yang nggak setuju kalau The Beatles adalah band yang abadi? Yup, The Beatles adalah band yang sampai sekarang pun tidak pernah habis termakan masa. Mau tahu kenapa? Bukan hanya karena karya-karya mereka yang luar biasa itu didokumentasikan lewat record musiknya, tetapi karena banyak sekali penulis yang mengabadikan fenomena tersebut lewat menulis buku tentang kehidupan The Beatles, atau fenomena The Beatles ke dalam konteks budaya Inggris pada masa itu. Bukan hanya Inggris, tetapi Amerika juga. The British Invasion adalah sebuah fenomena budaya musik yang terjadi di Amerika Serikat, dan The Beatles dinilai sebagai salah satu penyeban yang paling dominan atas pergerakan budaya tersebut. Ya, musik bukan sekedar musik, musik adalah sejarah dan budaya, Amerika terkenal sebagai negara yang bangga dengan nasionalisme-nya, dan berhasilnya musik Inggris meng-invasi musik Amerika pada tahun 60an (era klasik) adalah sebuah pembuktian atas keterbukaan Amerika Serikat terhadap budaya asing. Terbukti bahwa yang membesarkan nama The Beatles bukan hanya musiknya, tetapi fenomena budaya yang mengiringinya, dan tentu saja, sekelompok akademisi dan penulis yang menyadari hal tersebut dan merekamnya ke dalam tulisan, penelitian budaya, karya, buku, dan lain-lain.
Ketiga, sungguh sebuah hal yang membanggakan bahwa saat ini ada gambaran fenomena budaya seperti The Upstairs dan modern darlingsnya. Banyak hal yang dapat digali dari fenomena ini dan sangat menarik sebagai sumber penelitian. Tentu saja analisis seperti ini di luar musik, dan lebih pada analisis budaya dan ilmu sosial. Misalnya, identitas seperti apa yang ingin disampaikan oleh The Upstairs lewat fashion statement mereka? (Ini juga bisa jadi tema skripsi, ada yang tertarik?) Apakah perlu menjadi ‘orang musik’ untuk bisa menuliskan fenomena ini dengan baik? Menurut saya tentu saja tidak. Justru karena ‘bukan orang musik’, sang penulis akan bisa menganalisa dari sudut pandang yang berbeda, dan bisa mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperolehnya atas studi sosialnya ke dalam kehidupan nyata dan terjadi saat ini. Misalnya, menggunakan teori-teori yang didapatkannya dari ilmu yang sudah dikenalnya selama kuliah.
Dokumentasi musik bukan hanya dari album rekaman. Musik seharusnya lebih dari sekedar musik, musik adalah bagian dari budaya. Musik bisa menjadi bagian dari sejarah pergerakan budaya yang memiliki momentum tertentu, dan untuk mengabadikan momentum tersebut, di sanalah para penulis memiliki peran. Penulis, peneliti, kritikus, wartawan, maupun akademisi, mereka mungkin belum tentu orang musik, tapi sadarlah betapa pentingnya kehadiran mereka dalam mencatat fenomena budaya yang sedang terjadi di negara kita saat ini.
Jadi yang terhormat ‘tuan arogan dari sebuah label independen’, kalau memang anda sehebat ‘nama’ yang dibawa anda selama ini, kalau memang anda merasa berhak menyepelekan seorang akademisi yang tergerak hatinya untuk mengabadikan momentum bersejarah dalam budaya musik di negara kita tercinta ini, kenapa bukan anda saja yang menulis? Saya bersedia jadi editor anda secara cuma-cuma, dan saya sarankan judulnya “Pengaruh Sikap Arogansi Pentolan ‘Indie’ Terhadap Kemunduran Musik Independen di Indonesia”.
Labels: essai
12 Comments:
hmm gue menebak siapa orang itu.. lalala
YAAAKKK... ANDA BENAR!!!!
ternyata mudah yak menebaknya... makanya sengaja gak gw tulis namanya, biar org terus bertanya2 dan mencari tahu... >:-D
wah wah... kalo kata emak gw congkak ini namanya
kayaknya gak ada hubungan sama sekali sama musik ya..
mahasiswa antrop kan? pasti dia ngebahasnya dari sudut pandang budaya/kultur dan pendekatan sosial kan?
waduh.. baca entry ini jadi "agak" naik darah.. kebayang ngedropnya si mahasiswa pas dibilangin begitu. Padahal, tanpa harus digituin pun, menulis skripsi memang dari sononya udah bikin stress.. *curhat colongan*
iya, gw dengernya jg jd ikt sebel... tega bgt sih? pdhl tema skripsinya menarik... bisa bikin dosen2 tua dan kolot di UI jd kebuka matanya dengan keadaan youth culture indonesia... dia katanya udh dpt kesulitan dlm mempertahankan tema skripsi tersebut sama dosennya, eh pas udah maju ke lapangan, dikasih respon negatif pula... huh...
apakah karena dia "cuma" mahasiswa? apa kalo orang media dateng dia akan ngomong kayak gitu?
hmmm iya.. bener juga yah. mungkin karena dia "cuma" mahasiswa, jadi gak di welcome dgn baik. kl org media, mungkin beda lg perilakunya hehehe
tapi ternyata si mahasiswa punya potensi untuk menjadi seseorang di media atau punya teman baik di media.. haha
hiahaihaiahiahahahaaa
bisa jadi...
atau... si mahasiswa adalah temen baiknya manager saya, dan manager saya cerita ke saya, diamana saya adakah tukang sebar gosip dan curhatan via internyet nyahahahaaa...
waduuh... sebagai anak antropologi yang menulis skripsi ttg subkultur musik rock, gw jadi tersinggung sama pernyataan tuan label indie ini.. ck ck ck....
waduuh... sebagai anak antropologi yang menulis skripsi ttg subkultur musik rock, gw jadi tersinggung sama pernyataan tuan label indie ini.. ck ck ck....
siapa sih orang label indie ini? ? ??......
Post a Comment
<< Home