menindih, mendidih
pada siapa aromaku mengadu
kalau bukan pada candu alam meramu
pada perih mana dusta ini aku raba
kalau bukan pada rindu rangkaian kelambu bebiru
di sini, sri satu perih merintih
di sini, membenahi wajah-wajah yang telah retak karena air mata yang mendidih
di sini, nestapa hina kembali menindih
di sana, bertahan dia. bergelantungan pada kata-kata
syair-syair memantra kutuk binasa
syair-syair berdoa ratusan amin pada injil yang jelita
syair-syair yang berjudi dengan riak neraka
syair-syair yang mempertaruhkan sepecut nyawa
pada siapa bibirku mengecup
kalau bukan pada langit yang sudah menguncup
bekasi, 12sept08
kalau bukan pada candu alam meramu
pada perih mana dusta ini aku raba
kalau bukan pada rindu rangkaian kelambu bebiru
di sini, sri satu perih merintih
di sini, membenahi wajah-wajah yang telah retak karena air mata yang mendidih
di sini, nestapa hina kembali menindih
di sana, bertahan dia. bergelantungan pada kata-kata
syair-syair memantra kutuk binasa
syair-syair berdoa ratusan amin pada injil yang jelita
syair-syair yang berjudi dengan riak neraka
syair-syair yang mempertaruhkan sepecut nyawa
pada siapa bibirku mengecup
kalau bukan pada langit yang sudah menguncup
bekasi, 12sept08
Labels: puisi
11 Comments:
keren..
thank you, bos...
mmmpphhh.... :(
hahaha...
ini PUISI ?!
besar amat ambisi lo!!!
kacian, gak punya bakat!!!
hahaha...
hahaha...
ini ORANG?
guts nya sebesar dengkul
kacian, gak punya otak...
hahaha...
keren banget puisi lo! hehehe
makasih ya uga...
terslah berkarya mbak tera
pasti! ;-)
nice.. :)
setuju
ini keren bgt...
Post a Comment
<< Home