Friday, September 12, 2008

menindih, mendidih

pada siapa aromaku mengadu
kalau bukan pada candu alam meramu

pada perih mana dusta ini aku raba
kalau bukan pada rindu rangkaian kelambu bebiru

di sini, sri satu perih merintih
di sini, membenahi wajah-wajah yang telah retak karena air mata yang mendidih
di sini, nestapa hina kembali menindih

di sana, bertahan dia. bergelantungan pada kata-kata
syair-syair memantra kutuk binasa
syair-syair berdoa ratusan amin pada injil yang jelita
syair-syair yang berjudi dengan riak neraka
syair-syair yang mempertaruhkan sepecut nyawa 

pada siapa bibirku mengecup
kalau bukan pada langit yang sudah menguncup

bekasi, 12sept08

Labels:

11 Comments:

Anonymous retrievaL . said...

keren..

Friday, September 12, 2008  
Anonymous Thera Paramehta said...

thank you, bos...

Friday, September 12, 2008  
Anonymous faesal rizal said...

mmmpphhh.... :(

Friday, September 12, 2008  
Anonymous Saut Situmorang said...

hahaha...

ini PUISI ?!

besar amat ambisi lo!!!

kacian, gak punya bakat!!!

hahaha...

Friday, September 12, 2008  
Anonymous Thera Paramehta said...

hahaha...
ini ORANG?
guts nya sebesar dengkul

kacian, gak punya otak...
hahaha...

Friday, September 12, 2008  
Anonymous Pugar Restu Julian said...

keren banget puisi lo! hehehe

Saturday, September 13, 2008  
Anonymous Thera Paramehta said...

makasih ya uga...

Saturday, September 13, 2008  
Anonymous zakie idioteque said...

terslah berkarya mbak tera

Sunday, September 14, 2008  
Anonymous Thera Paramehta said...

pasti! ;-)

Monday, September 15, 2008  
Anonymous venie venie said...

nice.. :)

Monday, September 15, 2008  
Anonymous Ervin Ruhlelana said...

setuju
ini keren bgt...

Monday, September 15, 2008  

Post a Comment

<< Home