Pelacur Perawan
Pelacur perawan kau sebut aku. Tidakkah kau ingat bagaimana sayap setan ini kau tancapkan dengan paksa di punggungku? Temaramnya lingkar sinar rembulan hanyalah suatu pertapaan sepi, seperti ketika kau membuai lembut vaginaku seperti seorang anak bayi. Sentuhan-sentuhan menjadi detikkan mimpi yang kau ajarkan pada pelacur perawanmu ini.
Dan sampai saat ini, tiap malam aku masih diam-diam mengendap dari sarangku. Merajut kepompongku dengan benang-benang perak yang sangat tipis. Di sana kucium aroma laut bercampur dupa. Tersamar ungkapan doa-doa dari sebuah agama yang tidak pernah aku kenal.
Selamat datang di pertapaan, kata seorang peri hijau saat ku habis membungkus diriku dengan kepompong ini. Selamat datang di pertapaan, cobalah rasa keindahan ini dalam seutas senyum dan mimpi. Suatu saat kau rasa percikan air kala sayapmu mematangkan angin.
Dan aku pun memecahkan kepompongku. Aku mencari kelahiranku kembali, sang pelacur perawan yang dulu kau setubuhi dalam temaram. Lihatlah lihat, ini sayap setan. Nyawa keindahanku bertahan dalam cahaya gelap yang terusik dalam sinar-sinar pertapaan dan doa-doa. Diantara dunia yang tidak pernah hilang dari kelamnya.
Dan sampai saat ini, tiap malam aku masih diam-diam mengendap dari sarangku. Merajut kepompongku dengan benang-benang perak yang sangat tipis. Di sana kucium aroma laut bercampur dupa. Tersamar ungkapan doa-doa dari sebuah agama yang tidak pernah aku kenal.
Selamat datang di pertapaan, kata seorang peri hijau saat ku habis membungkus diriku dengan kepompong ini. Selamat datang di pertapaan, cobalah rasa keindahan ini dalam seutas senyum dan mimpi. Suatu saat kau rasa percikan air kala sayapmu mematangkan angin.
Dan aku pun memecahkan kepompongku. Aku mencari kelahiranku kembali, sang pelacur perawan yang dulu kau setubuhi dalam temaram. Lihatlah lihat, ini sayap setan. Nyawa keindahanku bertahan dalam cahaya gelap yang terusik dalam sinar-sinar pertapaan dan doa-doa. Diantara dunia yang tidak pernah hilang dari kelamnya.
Labels: puisi
1 Comments:
merinding...ngeri...tetes-tetes air mata darah berargumen lagi dengan beberapa hati...
baik-baik ya, Oak...
Post a Comment
<< Home