Monday, September 24, 2007

Dendam Pada Ksatrianya

Buih buih letupan itu kian menggangu. Memang harus yah kau sisakan sedikin percikan itu untukku? Aku nyaman dengan ini, dan tidak ingin gangguan lagi. Biarkan saja mereka bertukar cairan dengan leluasa, tokh itu bukan urusan siapa siapa. Di sini aku menyaksikan dan tersenyum, membiarkan jemari jemari mencoba menterjemahkan lukisan kata-kata yang tercerai berai di udara.

Hi hi hi.. sungguh tontonan itu menyenangkan bukan? Lalu apa bisnisku dan bisnismu di sana? Biarkan aku sendiri dan bebas melihat apa yang aku mau lihat, apa yang mau aku tulis, apa yang mau aku muntahkan langsung dari tenggorokkan soak yang menggerosok lambung, atau langsung dari dubur penuh kremi itu.

Kadang-kadang hidup ini memang bisa sama busuknya dengan bau bacin di selangkanganmu, dan hidup itu bisa segar sesegar darah dari kambing muda yang baru kau sembelih pagi itu. Tidak ada yang riang dan tidak ada yang tidak dapat kau tidakkan di sini kan?

Tahukah kamu kalau aku bisa menjelma jadi nenek keparat yang jahat, dan aku bisa menjelma jadi putri salju yang belum ternoda dengan selaput dara yang tentu saja masih utuh, siap kau tembus dengan pedang berbisa itu. Tapi saat ini aku memilih untuk tidak berbuat apa apa, membiarkan semua muntahan-muntahanmu berceceran di mana-mana. mengotori tubuhku, mengotori bajuku, mengotori kemaluanku, membiarkan baunya semerbak tercium teman-temanku. Aku tidak punya muka, tidak seperti kau. Aku memilih untuk membiarkan diriku terbenam dalam mencret dan muntahmu meskipun aku bisa membersihkannya dengan parfum mesir desert of the night yang katanya magis itu. Ya, aku biarkan saja aku membusuk dalam kata-katamu, meskipun aku juga bisa membalasmu dengan racun yang lebih beracun darimu. Aku bisa membunuhmu dengan keangkuhanmu sendiri, kesombonganmu sendiri, kelakuanmu sendiri yang selama ini tidak pernah kupercikkan sedikitpun pada tubuhmu.

Kau mau tahu kenapa? Karena aku tidak sepertimu.

Biarlah busuk di tubuhku ini mengendap. Ini lebih baik dari pada kau yang memakan muntahan dan mencretmu sendiri.

ha, dan kau pasti masih mengira bahwa tulisan ini diperuntukkan untukmu!
aku hanya mengembalikan cermin yang pernah kau berikan kepadaku. silahkan, berkacalah wahai ksatria...

Labels: , ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home