menanti pengembara
sungguh tak gundah aku
dalam gulana kau tunjukkan seribu pasang wajah
seandainya saja laut tidak berbelah
seperti kala nuh menerjang merah
sungguh tak gundah aku
menanti kabut pinggirkan sapuan malam
seperti tarikan kuda pada kelasi
puing-puing apapun kan percikkan lalu waktu
sungguh tak gundah aku
menunggu tiap langkah demi langkah jalankan kisah
meniti kembali segala waktu yang pernah
mencari arti di balik arti dibalik arti
sungguh tak gundah aku
mengecup bibir yang sedang merindu
meski hati membatu seperti karang
dan sentuhan kulit terasa tajam
sungguh tak gundah aku
menyisakan sela-sela waktu
meski air mata menetes satu per satu
mengiring kepergianmu mengembara bersama dunia
Labels: muntahkata, puisi
3 Comments:
....................
gundah gulita...
jika tak gundah....mengapa harus menangis? gundah itu lumrah....kata sang 'lelaki itu ada' => luka adalah sajak paling jujur!
Post a Comment
<< Home