Kepalsuan
Mungkin langit sudah lelah melihatku menangis, maka ia tawarkan candaan-candaan hidup yang tak pernah hilang. Dia berbau harum tembakau dan bernyanyi merdu. Dia membawa gelitik mungil setiap menyentuhku. Dia bermain-main dengan dunia yang diciptakannya, dunianya, keindividualisannya yang selalu indah, mungkin terlalu indah.
Dia terlalu indah untuk kucintai, terlalu palsu untuk dekat, terlalu mustahil untuk bersatu. Dia tersenyum tanpa arti, karena arti yang sesungguhnya ada dalam hati, bukan topeng emas yang sedang dikenakannya. Tapi dalam kepalsuan itu kutemukan kenyataan yang indah, dan izinkan aku berada di dekatnya, dalam setiap kepalsuan yang kami ciptakan...
Dalam kepalsuan, dia milikku, meski hanya sesaat... di atas sandiwara kami kenakan topeng pecinta.
Dia terlalu indah untuk kucintai, terlalu palsu untuk dekat, terlalu mustahil untuk bersatu. Dia tersenyum tanpa arti, karena arti yang sesungguhnya ada dalam hati, bukan topeng emas yang sedang dikenakannya. Tapi dalam kepalsuan itu kutemukan kenyataan yang indah, dan izinkan aku berada di dekatnya, dalam setiap kepalsuan yang kami ciptakan...
Dalam kepalsuan, dia milikku, meski hanya sesaat... di atas sandiwara kami kenakan topeng pecinta.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home