Friday, May 22, 2009

balas dendam

Waktu SMA, gue pernah nyumpahin orang biar mati. eh, beberapa bulan kemudian, orang itu mati beneran...

Pernah juga gue dijahatin dan dimanfaatin orang sampe gue merasa diinjek-injek. Lalu gue berniat balas dendam biar orang itu lebih menderita dari pada gue. Eh balas dendam itu beneran kejadian, dan orang itu ancur banget hidupnya setelah gue balas dendam...

Kita semua pasti pernah benci sama orang. Kita semua pernah mengutuk orang... tapi kalo kutukan itu bener2 kejadian, belum tentu juga kita lega dan senang...

Kurang lebih 3 tahun lalu, sekitar bulan Mei juga, gue berhasil menyusun sebuah strategi untuk menjatuhkan orang yang pernah nginjek-nginjek gue. rasanya bener-bener kaya lagi di medan perang.Gue hanya mao liat orang itu menderita, lebih menderita dari pada gue. Kalo perlu sampe makan tai tu orang. Itu target gue.

Seru lho rasanya. Saat itu gue jadi perempuan manipulatif dan penuh kepalsuan. Gue main detektif-detektifan. Gue jadi mata-mata. Gue adalah criminal mastermind. Gue, seorang perempuan, cukup dengan kata-kata dan akting ternyata bisa bikin sesuatu yang berbahaya. Bisa bikin musuh gue kehilangan segala-galanya yang berharga buat dia. 

Gue sering banget tikam orang dari belakang biar bisa menjatuhkan musuh gue itu. Tentunya, untuk menjatuhkan orang itu gue harus melibatkan orang-orang lain yang gak berdosa. Gue pikir itu war casualities, namanya juga perang, pasti ada korban sipil. Saat itu gue merasa sangat bangga dan pinter, mungkin sebenernya buat menutupi sakit hati gue atas harga diri yang diinjek-injek. Dulu gue bisa ngomong dalem hati: this is what you get when you're messing with me... I'm not a stupid girl.

Gue berhasil. Gue berhasil lihat orang itu minta ampun di kaki gue. Gue berhasil lihat semua yang berharga buat musuh gue itu menghilang satu persatu, sampe akhirnya dia bener-bener gak punya apa-apa lagi... Sampe dia *figuratively speaking* makan tai.

Tapi anehnya, gue masih ngerasa nggak lega. 
Apa balas dendam gue kurang heboh? Apa dia kurang menderita? Ternyata nggak juga.

Saat itu gue berkaca, dan gue bahkan nggak mengenal diri gue sendiri lagi. Gue udah nipu orang, nikam orang dari belakang, dan memanipulasi keadaan agar menguntungkan gue dan merugikan musuh-musuh gue. Gue udah menjelma jadi orang jahat, yang nggak ada bedanya dengan musuh gue itu. Ternyata melihat orang itu terinjak-injak juga nggak bikin gue puas dan lega. Balas dendam nggak ngasih gue apa-apa kecuali perasaan aneh yang bikin gue susah tidur selama beberapa tahun. 

Untung waktu nggak pernah berhenti di satu titik. Untung waktu jalan terus. Gue berhasil ngebuang perasaan benci gue itu jauh-jauh. Musuh gue itu pelan-pelan berhasil mendapatkan kehidupannya kembali. Begitupun juga gue. Gue belajar memaafkan dan berasa lega tanpa harus melihat dia menderita. And now I sleep like a baby...

Sejak saat itu gue belajar... Perang tuh nggak pernah ada untungnya. Apapun bentuk perangnya. Selalu ada orang yang disakitin. Kalo pun kita menang perang belum tentu juga kita sehat dan lega. Terlalu banyak war casualities. Terlalu banyak luka dan dosa di tangan gue. Luka yang sebenernya gara-gara gue sendiri juga.

Sekarang gue belajar tulus. Terutama memaafkan dengan tulus. Kalo perlu, tanpa harus menunggu kata-kata maaf dan perasaan menyesal dari orang yang bersangkutan. 

Diinjek-injek orang emang nggak enak dan gue merasa kehilangan banyak hal saat dirugikan orang lain. Tapi ternyata cara mengembalikan harga diri gue dan kehilangan gue bukan dengan melakukan hal yang sama untuk menjatuhkan orang lain dan melihat orang lain menderita... Justru, gue bisa membangun kembali harga diri gue dan rasa kehilangan gue dengan memaafkan dengan ikhlas...

Sampai saat ini pun, bahkan gue kapok menyujmpahin orang biar mati (kecuali para pengendara motor tanpa helm yang ngebut zig-zag aur-auran di jalanan dengan bunyi knalpot lebay... umur lo gak akan panjang...)

Labels: , ,

7 Comments:

Anonymous Prayudi Eko a.k.a Cah Olo said...


Balas dendam itu lead nothing.

Woow..dahsyat kata2nya..kuat bget.

Friday, May 22, 2009  
Anonymous Thera Paramehta said...

hehe. kata2 siapa yg kuat?

yes indeed, it leads to nothing...

Friday, May 22, 2009  
Anonymous tika as lowquacity underciter said...

kudos thera. because when you hate, the one who suffers most is yourself.
all the paranoia, prasangka buruk, and having to be on guard all the time ... it's gotta be exhausting.

Friday, May 22, 2009  
Anonymous Thera Paramehta said...

indeed. been there... hehehe... it was extremely exhausting...as if I had nothing else to fight for....

Friday, May 22, 2009  
Anonymous Renggo Adjie said...

Setuju berat...

Saturday, May 23, 2009  
Anonymous Thera Paramehta said...

iye. kl mreka gpp deh disumpahin ampe mati. mreka juga membahayakan nyawa org laen soalnya... hehehe

Sunday, May 24, 2009  
Anonymous Thera Paramehta said...

thx!

Monday, May 25, 2009  

Post a Comment

<< Home