A Clockwork Orange (1962): "What is it going to be then, eh?"
Rating: | ★★★★★ |
Category: | Books |
Genre: | Literature & Fiction |
Author: | Anthony Burgess |
Kebanyakan orang pasti lebih tau filmnya yang disutradarai Stanley Kubrick tahun 1971 dibanding buku originalnya. Dan kebanyakan dari temen-temen yang tergila-gila sama filmnya sebenernya kurang melihat esensi dibalik cerita Clockwork Orange ini, terbukti dari alasan mereka "Keren banget settingnya!" atau "Soalnya karyanya Kubrick sih...". No offense to Kubrick's fans out there, I'm a Kubrick fan as well. I won't blame them of course, butuh close reading gila-gilaan untuk bisa melihat itu, dan sudah jadi tugas saya untuk berbagi (since it's part of mys study)
Yang pasti saya tidak akan menjadi spoiler disini. Saya tidak akan menceritakan plot ceritanya, tapi akan memberi alasan kenapa menurut saya karya ini adalah sebuah masterpiece, dan kenapa saya melihat Burgess sebagai seorang penulis yang luar biasa ajaib.
Yang pertama, kekayaan tema di dalam novel ini. Burgess berhasil mengangkat permasalahan filosofis free will (kehendak bebas) vs morality. Pertanyaan seperti: apakah lebih baik menjadi masyarakat yang terkontruksi oleh moralitas atau menjadi manusia utuh yang memiliki kehendak bebas sebebas-bebasnya meskipun dapat merugikan orang lain? Esensi dari hidup sebagai seorang manusia yang utuh adalah kebebasan, pelepasan diri dari semua aturan, mungkin banyak orang yang setuju itu. Kemudian sampai sejauh manakah kebebasan itu harus diusung? Sampai batas manakah moralitas masyarakat berhak merepresi kebebasan manusia, keutuhan esensi dalam arti menjadi manusia? Dilema ini digambarkan Burgess dengan menariknya pada titik seekstrim mungkin, dengan karakter Alex yang ugal-ugalan berbuat seenak jidatnya dan pemerintah hipokrit yang mencoba mem-brainwash Alex dengan ludovico technique dan merepresi kehendak bebasnya.
Selain tema utama tentang free will dan morality, Burgess juga dengan apik mengangkat permasalahan youth culture - sub culture. A Clockwork Orange sudah sejak lama menjadi karya pendorong gerakan-gerakan anti kemapanan, terutama pada subkultur skinhead di Inggris (bahkan di Indonesia). Bersandingan dengan tema youth culture yang diangkat, tema growing up juga tidak boleh dilupakan. Kejeniusan Burgess dalam mengemas tema ini terletak pada segi linguistik buku ini dan strukturnya (nggak heran, he is a linguist afterall). Budaya anak muda digambarkan dengan nadsat language, yaitu bahasa slang yang diciptakan Burgess dengan mengkombinasikan bahasa Rusia dengan cockney English. hasilnya? Sebuah bahasa penggambaran culture anak muda yang original dan timeless, tidak termakan masa, yang pada akhirnya juga membawa buku ini ke dalam imortalitas bahasa nadsat. Burgess bisa saja mengambil slang dari budaya mod atau rockers yang berkembang di Inggris pada masa ia menulis novel ini, tetapi ia memilih untuk menciptakannya sendiri untuk alasan-alasan tersebut. And yes, it works. A Clockwork Orange masih dibaca sampai era 2000an saat ini.
Tema growing up juga ditunjukkan oleh struktur novel yang sangat matang. Novel ini terdiri dari 3 bagian, masing-masing bagian terdiri dari 7 bab yang ketika dijumlah hasilnya 21 bab. Sebuah angka simbol pendewasaan seorang anak laki-laki di Inggris pada masa 60an.
Hal lain yang juga menarik adalah kekerasan dalam karya ini. Kekerasan disini menjadi alat untuk aktualisasi diri, sebuah proses pencarian jati diri Alex dan geng nya. Kekerasan juga menggambarkan tema distopia dalam novel, seperti novel 1984 karya George Orwell, karya ini merupakan kritik terhadap negara yang penuh dengan hipocracy sebagai sebuah efek dari industrialisasi besar-besaran.
Hal yang menjadikan buku ini tidak kalah menarik dengan filmnya adalah keutuhan plot cerita original. Dalam film yang dibuat oleh Kubrick, Kubrick tidak menyertakan bab 21 dari novel ke dalam screenplay untuk alasan "konsistensi cerita". Padahal, kesimpulan dari keseluruhan cerita A Clockwork Orange terdapat pada bab 21 dari novel ini.
Kehebatan Burgess terletak pada bagaimana ia menciptakan Alex, karakter yang cukup ajaib untuk menggambarkan semua isu yang diangkat dalam novel. membaca novel ini membuat saya bingung apakah saya harus simpati atau malah mengutuknya. Tidak ada manusia baik dan manusia jahat, yang ada hanya manusia yang menjadi korban, tak terkecuali Alex. Korban dari bentukan masyarakat yang hipokrit, korban budaya kekerasan, bahkan korban dari kebebasan pikiran.
Jangan harap bisa membaca novel ini dengan santai dan menemukan makna-makna di dalamnya dengan mudah, dan jangan harap bisa menemukan buku terjemahan Indonesianya. Semua ini karena bahasa nadsat yang bisa bikin pusing, but don't worry, kamus nadsat sudah ada di wikipedia.
Saya bingun sekali dengan label apakah saya harus memvonis novel ini. Distopian novel? Youth culture novel? Coming off age novel? Science fiction novel? Ethical philosophy novel? Semuanya masuk-masuk saja. Apa yang saya tulis baru sedikit dari apa yang bisa digali dari novelnya. Adakah pertanyaan? Misalnya, kenapa judulnya A Clockwork Orange? I would be gladly to discuss... :-)
Sooo, "What is it going to be then, eh?" (Alex's famous phrase)
Nilai: 9,5 (Skala 1-10)
NB: maaf penilaian ini sangat subjektif, tapi saya benar-benar tidak menemukan kecacatan dalam novel ini kecuali tingkat kesulitan pembacaan yang benar-benar tinggi. Tapi lagi-lagi, apakah itu sebuah kekurangan?
Labels: bookreview, clockworkorange
20 Comments:
it is a masterpiece
hell yes. doakan saya segera menyelesaikan skripsi saya yah...:)
miss u edo!
hihihii...sis, kalap itu asik kan? yang ngajarin bessyp0p...!! jadi kapan atuh velvet goldmine-nyah?
aduh!!!
whuaaaaa
sekarang gue stuck lagi ngerjain clockwork orangenyaaa...
-thera-
iya kan bes..?
ooo...filmnya terkenal ya, waduh sy kuper dunk!
nice review. kuis: siapa nama belakang alex? :p
Alex DeLarge (setelah menulis ini saya langsung membuka kembali buku dan mengeceknya...)
Sedikit komen setelah membaca kembali review yg ditulis di tengah2 kebuntuan skripsi. hehehe... lucunya masa2 tulalit itu... jadi rindu...
yang nyusahin waktu baca novelnya itu istilah2 rusia-nya,
jadi terpaksa cari2 dulu kamus rusia-inggris demi baca tuh novel,
haha.
Well. udah sekitar dua taun gw nonton filmnya dan gw terkesan banget. Tapi gw belom pernah baca bukunya. Nih baru ngunduh ebooknya. Sejak nonton, alhamdulillah gw lumayan ngerti isinya. Malah gw sampe bikin puisi tentang "clockwork oranges". Soal kenapa judulnya a clockwork orange, sejauh yang gw tau, clockwork itu artinya mekanis, terkonstruksi, dsb. Kalo orange tuh bukan jeruk, tapi diambil dari bahasa melayu "orang". Jadi a clockwork orange artinya seorang yang terkonstruksi (norma-norma sosial). Gw juga tertarik sama a cloackwork orange karena banyak banget persamaan yang entah kebetulan apa disengaja sama 1984 (maaf, lo salah nulis tuh, lo nulis 1945)nya George Orwell. Sekarang gw lagi kepikiran banget buat skripsi ngebahas 1984.
Carbon dioxide (Clockwork Oranges of Oceania)
Those angelic people with those angelic lives
may innocently think: but their own selves naught drives
their bodies and souls. They know not that they know not.
There are only Black, White, and no other: they’re told.
Yogyakarta, December 16th, 2006
Yogyakarta, September 13th, 2008 (revised)
Btw, salam kenal. Nama gw Al (DeLarge) ;p
It'd be nice to have a discussion about a clockwork orange. Main-main ke fs gw ya di www.friendster.com/flirtyavocado
weits.. thank you. iya gue salah ngetik, hehe. uda gw benerin tuh. pasti waktu lagi nulis review ini gw lagi mikirin kemerdekaan indonesia deh...
emang clockwork orange dan 1984 itu sama2 dystopian novel. tp kl lo baca handmaid's tale nya margaret atwood, itu lebih orwell lagi, hehehe... (semacam 1984 versi perempuan. keren bgt...)
soal arti clockwork orange, sama seperti yg lo tulis diatas, itu juga yg gue pake untuk definisi di skirpsi gw (skripsi gw ngebahas adaptasi perbandingan novel dan filmnya) tp entah kenapa gw lbh sreg menganggap kalau clockwork orange adalah gambaran kehidupan manusia yang terjebak dalam aturan-aturan, semacam konstruksi sosial yang bekerja secara "clockwork" - sehingga selegit dan semanis apapun sari yang tergandung dalam makhluk seperti manusia (orange), pada akhirnya akan terjepit dan diperas sampai habis sarinya, dan sekedar menyisakan sepah tanpa rasa yang terjepit dalam konstruksi sosial yg "clockwork"...
nice to meet you too.
btw, what a nice poem u made there.
Anjrit, lo anak wonderbra yak? Hoho...gw pernah denger nama wonderbra tapi lupa dari mana. Hehe... Gw nggak ngikutin banget geliat musik indie indonesia sih. hiks...Wew, seneng gw bisa ngobrol+kenal ma anak wonderbra. hoho... ternyata anak-anak wonderbra educated yah. Bagus deh ada band indonesia yang berisi =)
Lagi bingung nih gw skripsi gw mau pake pendekatan apaan. Gw juga nggak yakin jadi make 1984 pa nggak. Kayaknya mau puisi e. e. cummings. Lo dulu kuliah di mana emang? jurusan apaan?
wiw, baru baca-baca lagi. ternyata lo fib ui yak? gw sering maen kesono noh kalo lagi liburan. kakak gw (pino) anak sastra jawa 2004. kenal nggak? vokalisnya tantra (telesonik).
njriittt... lo adeknya pino?
dunia sempitt
pino adalah temen nongkrong yg juga pernah jd murid gw d kelas MPK Bahasa Inggris.
hehe
haha..jgn2 sbnrnya kita udah srg ktmu atau malah ngobrol.salam ya buat pino!loh?
Post a Comment
<< Home