Thursday, October 12, 2006

Bunga Rumput

Warna-warni lelampuan itu tergeletak di jalanan ketika sang perempuan tiba di tempat dia akan mengadu. Di tengah jalan, tanpa sedikitpun sapuan angin untuk kumpulan debu, perempuan menunggu. Malam tidak berbintang seperti biasanya, hanya segelintir laron yang sedang kesepian karena lampu-lampu berserak, hancur, terinjak, tergilas roda-roda mesin berasap yang berlalu.

Namanya bunga rumput. Dia tumbuh liar diantara gorong-gorong kota. Dia menyanyi lagu-lagu balada yang tidak pernah terdengar di telinga kalian semua. Dia hanyalah hantu yang sedang menggali bagian dari pucuk yang terdalam, sebuah sapaan terhadap kehidupan.

Namanya bunga rumput. Ada sesuatu yang malam itu ingin dia sampaikan, tetapi bayang-bayang laki-laki itu belum juga datang. Tersamar oleh kegelapan, karena lelampuan warna-warni yang biasanya hidup di langit itu pecah termakan dingin malam ini.

Namanya bunga rumput. Dia menanti musik datang dari bayang-bayang. Terkejar dan bersandar pada kegelapan adalah mimpi dari sapuan langit-langit jingga yang selama ini dia impikan.

Namanya bunga rumput. Dia tiba-tiba menari. Hanya karena sang bayang-bayang belum juga datang.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home