Surprisingly Simple
What a day. What a day. What a day (I replied it 3 times to emphasize it!) Finally I got the change to meet her and it led to more and more new friends. After hours of silly chit chat at Soho about "the broken-hearted club" (yea, that's what I'm gonna call it), then we headed to Time Break, and there you go, life could be very surprisingly simple. Between strangers, then we made a surprise birthday party for one of our new friend. We don't know each other well, all I know is I'm the youngest of all. See, life is surprisingly simple at these kindda things. All you need is a smile and there you go, life will lead you into simple and pleasant little things, surprises. Simle, yet very pleasant.
Remember about the homework Jakarta School gave me yesterday? Well, I've finished it. Tapi kayanya ga bagus2 amat deh. Huhuhu... payah. Well, here it goes. Jangan komplain sama apa yang gue tulis yah.. gue tau ini jelek banget. This writing called "Buat Apa Kita Merasionalkan Cinta" (Doh.. judulnya jelek.. mungkin lebih tepatnya "Ade Ape Me' Cinte...", doh!)
Remember about the homework Jakarta School gave me yesterday? Well, I've finished it. Tapi kayanya ga bagus2 amat deh. Huhuhu... payah. Well, here it goes. Jangan komplain sama apa yang gue tulis yah.. gue tau ini jelek banget. This writing called "Buat Apa Kita Merasionalkan Cinta" (Doh.. judulnya jelek.. mungkin lebih tepatnya "Ade Ape Me' Cinte...", doh!)
Buat apa kita merasionalkan cinta? Karena cinta adalah abstrak, cinta itu absurd. Apa gunanya? Semua ini hanya akan membuat anda bingung, karena tidak pernah ada jawabannya. Tidak akan ada satu orang pun yang memiliki jawaban yang tepat. Tidak akan pernah ada definisi cinta yang dapat terbukti seperti teori gavitasi yang ditemukan Newton. Mungkin cinta itu seperti teori evolusi Darwin. Terlepas dari setuju atau tidak setuju, saya rasa cukup masuk di akal bila dilihat secara ilmiah bahwa manusia berasal dari kera. Banyak orang yang tidak setuju, tapi tidak memiliki penjelasan alamiah yang kuat untuk kelanjutan penjelasan tersebut. Mereka membawa penjelasan dogmatis, yaitu dari kitab suci, yang tidak pada tempatnya bila dalam forum imiah. Ketika kitab suci dibawa dalam forum ilmiah, maka end of discussion, dan tak ada lagi gunanya forum. Memang teori evolusi mempunyai satu titik kelemahan, yaitu missing link, wujud tertentu dalam teori Darwin yang belum ditemukan oleh para arkeolog yang menjadi potongan puzzle yang menghilang dari teori evolusi Darwin. Bila saja missing link tersebut ditemukan, mungkin puzzle itu selesai sudah, dan perdebatan panjang yang berlangsung dari zaman ke zaman selesai sudah.
Mendefinisikan cinta sama pusingnya dengan perdebatan antara kaum cendekiawan ilmiah dengan para rohaniawan yang berkepanjangan. Karena tidak ada yang mutlak, tidak ada yang absolut, tidak ada yang jelas. Dan sampai saat ini belum ada teori tentang cinta yang terbukti dengan nyata. Aneh memang, tapi itulah cinta. Hal paling logis yang bisa saya katakan tentang cinta; misterius, teka-teki tanpa jawaban, another form of aburdity.
Seperti banyak anak-anak lain, saya pernah terlena dengan dongeng Cinderella, Sleeping Beauty, dan sejenisnya. Cinta di mata saya yang naif adalah ketika kita bertemu dengan pangeran menawan yang tampan dan baik hati, dan hati anda melayang-layang, merasakan kupu-kupu yang menggelitik dada. Namun kini saya tidak lagi terpesona dengan dongeng-dongeng, saya berpikir lebih realistis, lebih logis. Bila saya kisah Cinderella dilanjutkan, dibuat sekuel seperti sinetron ‘Tersanjung’, mungkin endingnya akan berbeda. Mungkin saja pada akhirnya sang pangeran selingkuh dengan kerajaan sebelah. Atau pangeran bertambah tua dan membotak begitupun dengan Cinderella yang semakin ubanan, mereka merasa bosan satu sama lain dan pada akhirnya tidak lagi saling mencintai. Bisa juga mereka akhirnya bercerai, karena Cinderella dan sang pangeran tampan tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berkenalan sebelum mereka menikah, Cinderella tidak menyadari resiko menyandang gelar ratu, sehingga akhirnya mereka bercerai. Kisah-kisa sekuel Cinderella ini sangat umum di dunia nyata, maka ketika kita dewasa kita mengucapkan selamat tinggal dengan dongeng-dongeng romantis indah yang berakhir bahagia selamanya. Tapi saya juga tidak seskeptis itu dalam memangdang cinta. Dari sekian banyak orang di muka bumi ada juga pasangan-pasangan yang hidup saling mencintai selamanya, salah satunya adalah kakek dan nenek saya. Mereka sudah menikah selama hampir 60 tahun, tapi kemudian Tuhan memisahkan mereka. Itu dia anehnya cinta, anda tidak boleh berharap banyak bila tidak ingin sakit hati nantinya, karena tidak semua kisah percintaan berakhir seperti kakek dan nenek saya. Meskipun anda berakhir menikah dan bahagia selamanya, tetap saja suatu saat cinta akan membuat anda sedih bila saatnya tiba untuk meninggalkan pasangan anda. Tapi apalah daya, kita semua manusia, siapa yang tidak pernah jatuh cinta? Siapa yang tidak pernah berharap untuk cinta?
Saya pernah jatuh cinta, walaupun saya tidak cukup pintar untuk mendefinisikan cinta. Suatu ketika orang yang saya cintai tidak lagi mencintai saya, dan rasa sakit itu luar biasa. Seperti apa rasa sakit itu? Pahit, sungguh pahit. Sepahit biji buah duku mungkin, bahkan lebih pahit lagi. Saya hanya dapat menangis sampai dada terasa sesak, padahal saya bukan pengidap asma. Saya merasa hati saya tertusuk-tusuk belati, padahal saya bukan pengidap jantung koroner. Ketika itu saya menulis puisi dalam bahasa Inggris yang merefleksikan pandangan saya tentang cinta;
Love is a sweet dream
that will turn into your worst nightmare;
Or is it a nightmare
that has a sweet beginning?
Ketika saya jatuh cinta, saya merasa sudah benar-benar mengenal makhluk bernama cinta. Tapi ternyata saya salah. Saya masih belum mengenalnya dengan baik. Ternyata cinta yang digambarkan banyak film-film romantis dan lagu-lagu ballad menipu saya. Dan saya merasa dikhianati oleh cinta.
Banyak orang yang merasa sudah benar-benar mengenal cinta seperti Darwin mendalami teori evolusinya. Tapi kemudian mereka akan menemukan missing link, yaitu suatu titik dimana cinta menjadi hal yang membingungkan, dan pendefinisian tadi kembali menjadi absurd. Manusia saat ini sedang mencari missing link yang hilang itu, berusaha mencari jawaban dari keabsurdan cinta. Namun sampai sekarang, missing link tidak pernah ditemukan. Begitulah manusia, mereka memiliki definisi masing-masing tentang cinta, tapi kemudian akan tiba di suatu saat dimana mereka akan meragukan cinta, meragukan teorinya sendiri. Setidaknya itulah cinta menurut saya. Jangan tanya saya bila anda tidak mengerti, begitu pun juga saya. Cinta itu absurd, itulah penjelasan paling logis yang bisa saya sajikan dalam tulisan ini. Jangan berharap manusia akan mengeri cinta seutuhnya, jangan menjadi Darwin, teori yang anda ciptakan hanya akan membuat anda gila. Love will always be a nightmare, yet human being still wan’t it anyway.
Mendefinisikan cinta sama pusingnya dengan perdebatan antara kaum cendekiawan ilmiah dengan para rohaniawan yang berkepanjangan. Karena tidak ada yang mutlak, tidak ada yang absolut, tidak ada yang jelas. Dan sampai saat ini belum ada teori tentang cinta yang terbukti dengan nyata. Aneh memang, tapi itulah cinta. Hal paling logis yang bisa saya katakan tentang cinta; misterius, teka-teki tanpa jawaban, another form of aburdity.
Seperti banyak anak-anak lain, saya pernah terlena dengan dongeng Cinderella, Sleeping Beauty, dan sejenisnya. Cinta di mata saya yang naif adalah ketika kita bertemu dengan pangeran menawan yang tampan dan baik hati, dan hati anda melayang-layang, merasakan kupu-kupu yang menggelitik dada. Namun kini saya tidak lagi terpesona dengan dongeng-dongeng, saya berpikir lebih realistis, lebih logis. Bila saya kisah Cinderella dilanjutkan, dibuat sekuel seperti sinetron ‘Tersanjung’, mungkin endingnya akan berbeda. Mungkin saja pada akhirnya sang pangeran selingkuh dengan kerajaan sebelah. Atau pangeran bertambah tua dan membotak begitupun dengan Cinderella yang semakin ubanan, mereka merasa bosan satu sama lain dan pada akhirnya tidak lagi saling mencintai. Bisa juga mereka akhirnya bercerai, karena Cinderella dan sang pangeran tampan tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berkenalan sebelum mereka menikah, Cinderella tidak menyadari resiko menyandang gelar ratu, sehingga akhirnya mereka bercerai. Kisah-kisa sekuel Cinderella ini sangat umum di dunia nyata, maka ketika kita dewasa kita mengucapkan selamat tinggal dengan dongeng-dongeng romantis indah yang berakhir bahagia selamanya. Tapi saya juga tidak seskeptis itu dalam memangdang cinta. Dari sekian banyak orang di muka bumi ada juga pasangan-pasangan yang hidup saling mencintai selamanya, salah satunya adalah kakek dan nenek saya. Mereka sudah menikah selama hampir 60 tahun, tapi kemudian Tuhan memisahkan mereka. Itu dia anehnya cinta, anda tidak boleh berharap banyak bila tidak ingin sakit hati nantinya, karena tidak semua kisah percintaan berakhir seperti kakek dan nenek saya. Meskipun anda berakhir menikah dan bahagia selamanya, tetap saja suatu saat cinta akan membuat anda sedih bila saatnya tiba untuk meninggalkan pasangan anda. Tapi apalah daya, kita semua manusia, siapa yang tidak pernah jatuh cinta? Siapa yang tidak pernah berharap untuk cinta?
Saya pernah jatuh cinta, walaupun saya tidak cukup pintar untuk mendefinisikan cinta. Suatu ketika orang yang saya cintai tidak lagi mencintai saya, dan rasa sakit itu luar biasa. Seperti apa rasa sakit itu? Pahit, sungguh pahit. Sepahit biji buah duku mungkin, bahkan lebih pahit lagi. Saya hanya dapat menangis sampai dada terasa sesak, padahal saya bukan pengidap asma. Saya merasa hati saya tertusuk-tusuk belati, padahal saya bukan pengidap jantung koroner. Ketika itu saya menulis puisi dalam bahasa Inggris yang merefleksikan pandangan saya tentang cinta;
Love is a sweet dream
that will turn into your worst nightmare;
Or is it a nightmare
that has a sweet beginning?
Ketika saya jatuh cinta, saya merasa sudah benar-benar mengenal makhluk bernama cinta. Tapi ternyata saya salah. Saya masih belum mengenalnya dengan baik. Ternyata cinta yang digambarkan banyak film-film romantis dan lagu-lagu ballad menipu saya. Dan saya merasa dikhianati oleh cinta.
Banyak orang yang merasa sudah benar-benar mengenal cinta seperti Darwin mendalami teori evolusinya. Tapi kemudian mereka akan menemukan missing link, yaitu suatu titik dimana cinta menjadi hal yang membingungkan, dan pendefinisian tadi kembali menjadi absurd. Manusia saat ini sedang mencari missing link yang hilang itu, berusaha mencari jawaban dari keabsurdan cinta. Namun sampai sekarang, missing link tidak pernah ditemukan. Begitulah manusia, mereka memiliki definisi masing-masing tentang cinta, tapi kemudian akan tiba di suatu saat dimana mereka akan meragukan cinta, meragukan teorinya sendiri. Setidaknya itulah cinta menurut saya. Jangan tanya saya bila anda tidak mengerti, begitu pun juga saya. Cinta itu absurd, itulah penjelasan paling logis yang bisa saya sajikan dalam tulisan ini. Jangan berharap manusia akan mengeri cinta seutuhnya, jangan menjadi Darwin, teori yang anda ciptakan hanya akan membuat anda gila. Love will always be a nightmare, yet human being still wan’t it anyway.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home