Tuesday, February 01, 2005

ABSURD

Entah bagaimana dia harus hidup, karena dia hanya mentertawai segala kehidupannya. Paru-parunya sengaja diracuni dengan nikotin dan begitu pula sistem pencernaan tubuhnya dengan alkohol. Gadis itu baru memulai kehidupannya, setelah dua puluh tahun genap Ia memandang dunia, kini Ia benar-benar ingin menceburkan diri di dalamnya, ingin tenggelam dalam-dalam.

Dia mulai depresi dan putus asa. Singkat kata; Ia lelah. Coba tengok wajahnya, pipinya sudah tidak semulus ketika dia masih duduk di bangku sekolah. Dulu dia begitu polos, begitu murni. Seperti pipinya yang kini mulai ternoda, begitu pun dengan hati dan jiwanya yang mulai rusak oleh racun-racun kehidupan. Tapi gadis itu selalu membela diri; "aku hanya lelah"

Secara buta dan dangkal, Ia hanya ingin mencoba mencari arti hidup, seperti mantan kekasihnya, laki-laki awal dua puluhan yang masih sangat labil. Dulu Ia menghina dina laki-laki itu di dalam hati, membencinya atas krisis jati dirinya. Hari ini dia berprilaku seperti ini, tapi besok dia akan berubah. Tapi apa? Dia pun sesungguhnya merasakan hal yang sama. Jiwa-jiwa ini sedang dilanda suatu goncangan atas absurditas hidup yang menyakitkan. Mereka tidak percaya apa yang sedang menimpa dirinya.

"Aku hanya lelah", gadis itu masih membela diri. Lelah atas hidup dan dirinya sendiri. lelah mempertanyakan eksistensi Tuhan dan lelah mempertanyakan eksistensi dirinya sendiri. Lelah untuk hidup, dan berpikir. Lelah dalam kehampaan dan keheningan. Lelah melihat masa depan. Lelah melihat masa lalu. Lelah menjalani hidup tapi tak sampai hati untuk menyudahinya.

Lalu gadis ini bertanya-tanya. Adakah laki-laki itu merasakan hal yang sama? Kita semua suatu saat akan tiba pada perasaan ini, keputus asaan, keraguan, dan kebingungan. Ini hidup. Ini yang dilakukan dan dipertanyakan para filosof-filosof di dunia. Berkutat dengan absurditas. Menjawab pertanyaan-pertanyaan absurd. Mendapatkan jawaban-jawaban yg absurd pula.

Inilah hidup.

Absurd...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home